FAJAR, MAROS -- Bupati Maros, AS Chaidir Syam menilai temuan lukisan bercerita di Leang Karampuan sangat bernilai bagi pengetahuan arkeologi. Situs prasejarah tertua di dunia berusia 51.200 tahun ini menjadi bukti lompatan pengetahuan leluhur manusia sekaligus menjadi media pembelajaran kearifan lokal.
Chaidir berharap semua situs prasejarah yang ditemukan di gua-gua atau bahasa lokal disebut leang pada perbukitan karst di Maros tetap lestari dan harmonis di alam. Seluruh masyarakat tetap menikmatinya sebagai bagian wisata edukasi yang diwariskan ke generasi mendatang.
Chaidir mengaku senang dan bangga, penemuan lukisan bersifat naratif di Leang Karampuang dipublikasikan di jurnal Nature. Publikasi tersebut sekaligus menjadi hadiah bagi Kabupaten Maros yang berulang tahun ke-65 pada 4 Juli lalu.
"Hadiah terindah di ulang tahun kabupaten Maros 4 Juli dimana BRIN menemukan ada penemuan sejarah baru lukisan dinding tertua di dunia Kabupaten Maros,” katanya.

Chaidir menambahkan, "Inilah harapan kita bahwa ada yang mengatakan bahwa Kabupaten Maros ini The City of Archeology,” sambungnya.
Tentunya penemuan lukisan bercerita di Leang Karampuang yang berada di Desa Samangki ini disambut baik oleh pemerintah dan warga Maros. Betapa tidak, temuan lukisan tertua di dunia itu akan menjadi tonggak untuk mensejahterakan masyarakat.
“Memang kita gembira sekali kalau ada temuan-temuan atau destinasi baru, karena harapan kita kawasan geopark mendapat perhatian untuk kesejahteraan masyarakat di Maros,” jelasnya.