Secara individual, semua anggota Kagama sudah menyuarakan harapan masing-masing yang beragam dan dengan nuansa berbeda. Karena responnya individual, maka potensi memunculkan bias jauh lebih besar. Mana yang benar maupun salah menjadi tidak jelas
Pertanyaannya adalah apakah perlu kagama terlibat dalam isu internal kampus? Betulkan Kagama bungkam?
Kita ambil contoh pada saat kontestasi Pilpres saja kemarin, Kagama ikut mendorong anggotanya untuk secara emosional memilih yang sealmamater. Itu yang struktural bisa beda dengan banyak alumni di luar itu.
Kagama, gerakan civil society?
Tidak mudah mencari figur yang berani berdiri netral dalam suasana politik yang demokrasi sedang terganggu karena dengan jumlah alumni yng ratusan ribu, jaringan menasional menjadi sasaran empuk buat menapak karier politik. Kritik-kritik menjadi tidak berguna karena sudah tertutup dengan ambisi.
Saya mungkin salah satu yng mengkritik peran politik Kagama di masa periode Mas Ganjar memegang jabatan ketua Kagama. Berkali-kali harus diingatkan untuk melihat Kagama sebagai gerakan masyarakat sipil yang menghargai keragaman, independensi, bebas kepentingan politik serta kritis terhadap kekuasaan.
Kembali dengan 3 kasus di atas apakah Kagama bisa ambil peran karena isu tersebut sudah mengganggu warga Kagama. Ia mengganggu dari sisi integritas, kepercayaan, dan juga komitmen alumni UGM pada bangsa dan negara.
Civil society menjadi aktor penting guna menciptakan sistem penerintahan yang baik. Keterlibatannya dalam kegiatan pemerintahan adalah untuk membantu memberikan masukan penyelesaian permasalahan publik yang ada di masyarakat kepada pemerintah.