Aspek kehidupan sehari-hari Bugis juga terekam: dari sistem pertanian dan pelayaran, hukum adat, seni dan sastra, hingga praktik kepercayaan praislam seperti pemujaan roh alam. Bahkan pengobatan tradisional, kuliner, permainan rakyat, dan kerajinan lokal seperti anyaman dan keramik turut menjadi bagian integral dari narasi budaya Bugis dalam kronik ini.
Salah satu sosok penting yang tercatat adalah Amanagappa, tokoh pelaut dan syahbandar yang membentuk fondasi hukum perdagangan dan pelayaran Sulawesi Selatan pada awal abad ke-18. Ia menjadi simbol bagaimana peran maritim Bugis sangat strategis dalam sejarah Nusantara.
Menariknya, Attoriolong Bone juga mengisahkan strategi politik warisan tokoh seperti Arung Palakka, yang memperlihatkan kebijaksanaan dalam pewarisan tahta dan menjaga kedaulatan Bone di tengah gejolak regional.
Sebagai dokumen sejarah, Lontara Attoriolong Bone mengandung kearifan lokal yang sangat relevan dalam konteks kekinian. Ia bukan hanya milik Bone atau Bugis, tetapi bagian dari khazanah budaya nasional yang layak dijaga, dipelajari, dan diwariskan. Penetapannya sebagai IKON 2024 merupakan pengakuan terhadap nilai-nilai sejarah dan budaya yang dikandungnya—sebuah pengingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal dan menghargai warisannya sendiri. (*)