FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan ini ramai dibicarakan terkait Universitas Pasar Pramuka (UPP), diduga sebagai pabrik ijazah Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi.
Meskipun kabarnya keberatan Pasar Pramuka telah menjadi pengetahuan umum, namun pernyataan politisi senior PDIP, Beathor Suryadi, semakin membuat menarik isu keabsahan ijazah Jokowi.
Merespons hal tersebut, Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar mengatakan bahwa Bareskrim Polri dan Polda Metro Jaya mestinya tidak diam dengan adanya dugaan tersebut.
"Pernyataan dari pak Beathor Suryadi, bahwa adanya tim Jakarta dan Solo yang menyiapkan dokumen Jokowi seharusnya Bareskrim dan Polda Metro Jaya memeriksa semua saksi," ujar Rismon kepada fajar.co.id, Kamis (19/6/2025).
Dikatakan Rismon, dalam pemeriksaan saksi, pihak Kepolisian tidak boleh memilah-milah.
"Baik yang pro dan kontra terhadap Jokowi. Sehingga didapatkan kebenaran lebih sempurna," sebutnya.
Rismon menuturkan bahwa dirinya telah melakukan verifikasi terkait pernyataan politisi senior PDIP tersebut.
"Ini kan pernyataan yang sangat berani dari pak Beathor dan kami verifikasi juga kemarin," tandasnya.
"Ketika bertemu dengan pak Andi Widjajanto, bahwa tim Solo pak Anggit, David, dan Widodo, itu ternyata real orang-orang tersebut," tambahnya.
Lulusan Yamaguchi University ini bilang, pernyataan Beathor tidak bisa berlalu begitu saja karena bisa menjadi rujukan bukti baru.
"Jadi seharusnya dipanggil untuk diperiksa, sehingga kita tahu apa kebenaran yang sesungguhnya," kuncinya.
Sebelumnya, Beathor Suryadi mengatakan bahwa Andi Widjajanto, mantan Gubernur Lemhannas dan tokoh PDIP disebut pernah melihat langsung dokumen ijazah milik Jokowi yang diyakini tidak otentik.
Beathor mengatakan, Andi menyaksikan dokumen tersebut saat masa pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.
Namun, menurutnya, ijazah itu merupakan cetakan ulang yang diproduksi tahun 2012 ketika Jokowi mendaftar sebagai calon Gubernur DKI Jakata.
“Andi belum sadar kalau yang ia lihat itu cetakan 2012. Itu digunakan untuk keperluan Pilgub DKI,” ujar Beathor dilansir laman msn dari Seputar Cibubur, Rabu (18/6/2025).
Beathor juga menuding proses pencetakan ijazah dilakukan secara diam-diam di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, oleh tim relawan Jokowi yang berasal dari Solo.
Ia menyebut sejumlah nama seperti David, Anggit, dan Widodo, serta kolaborator dari PDIP DKI, termasuk Dani Iskandar dan Indra.
“Dokumen itu disusun buru-buru di rumah Jalan Cikini No. 69, Menteng. Semua strategi disiapkan di sana,” katanya.
Widodo disebut-sebut sebagai tokoh kunci dalam proses pencetakan, namun menurut Beathor, ia telah menghilang sejak isu buku kontroversial karya Bambang Tri tentang ijazah Jokowi heboh.
Yang mengejutkan, kata Beathor, adalah reaksi Andi Widjajanto ketika melihat foto di berbagai ijazah Jokowi yang terlihat identik.
“Seharusnya tiap jenjang pendidikan memakai foto berbeda. Ini justru sama semua,” tandasnya.
(Muhsin/fajar)