FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dua jam menunggu tanpa kepastian, Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar curiga Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ova Emilia, sengaja menghindar.
Bagaimana tidak, Rismon datang ke kampus yang telah lama ditinggalkannya itu dengan membawa sejumlah temuan baru.
Temuan itu di antaranya pengakuan terbaru mantan dosen UGM, Kasmudjo, yang mengaku bukan pembimbing skripsi maupun akademik Jokowi hingga lokasi KKNnya.
Rencananya, Rismon ingin meminta penjelasan dari Prof Ova dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Prof Wening Udasmoro mengenai fakta baru tersebut.
"Kecurigaan pasti ada ya," kata Rismon kepada fajar.co.id, Jumat (20/6/2025).
Kendati demikian, Rismon tetap berusaha berpikir positif. Ia juga tidak menampik bahwa Prof Ova sebagai orang nomor satu di UGM memiliki kesibukan yang luar biasa.
"Tapi rasionalitas saya, anggap saja memang kebetulan mereka sedang ada Dinas luar atau bertemu dengan pihak lain yang sudah direncanakan," sebutnya.
Akan tetapi, kata Rismon, jika dalam kunjungan selanjutnya Rektor dan Wakilnya tetap tidak ada di kampus, maka dipastikan bahwa mereka benar-benar menghindar.
"Tetapi kalau hal itu terjadi sampai dua tiga kali saya datang ke UGM, tentu kecurigaan publik semakin meningkat yah. Kenapa mereka susah sekali ditemui," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pakar Digital Forensik, Rismon Hasiholan Sianipar, tidak berhenti mencari kebenaran terkait ijazah Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi.
Meskipun telah ada penegasan dari Bareskrim Polri bahwa ijazah Jokowi asli dan betul-betul lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Rismon masih ragu.
Teranyar, Rismon mendatangi langsung kampus yang dulu menjadi tempat dirinya menimba ilmu, Jumat (20/6/2025).
Ia ingin mendapatkan jawaban dari apa yang dianggapnya masih janggal.
Rencananya, Rismon ingin menemui Rektor UGM Prof Ova Emilia dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Prof Wening Udasmoro.
"Karena pada pertemuan 15 April 2025, di ruang 109 Fakultas Kehutanan UGM, Prof Wening berjanji untuk merilis video utuh pertemuan kami," ujar Rismon.
Video itu sangat penting bagi Rismon, sebab akan menjadi jawaban terhadap laporan polisi yang dibuat Peradi Bersatu. Rismon dianggap melakukan dugaan penghasutan.
"Tetapi hal itu tidak dipenuhi, jadi salah satu tujuan saya bertemu (kembali) untuk meminta video tersebut dirilis atau kami yang merilis," sebutnya.
Ia menekankan bahwa publik berhak mengetahui pembicaraan yang ada di ruangan 109 tersebut.
"Apakah di ruangan itu kami menghasut atau apa, jadi argumentasi kami juga bia ditonton publik," Rismon menuturkan.
Selain itu, sesuatu yang tidak kalah penting bagi Rismon, bantahan mantan Dosen UGM, Kasmudjo, setelah ditemui di kediamannya belum lama ini.
"Berikut juga saya ingin meminta klarifikasi langsung dari Rektor atau Wakil Rektor UGM perihal bantahan dari Pak Kasmudjo bahwa dia bukan dosen pembimbing akademik maupun bukan dosen pembimbing skripsi yang diakui pak Jokowi," bebernya.
Rismon bilang, bukti yang ditampilkan Dirtipidum Bareskrim Polri saat jumpa pers beberapa waktu lalu juga patut dipertanyakan.
"Terkait bukti yang ditampilkan Dirtipidum bahwa Pak Jokowi itu terdaftar sejak awal dengan tingkat studi sarjana muda atau SM. Bagaimana mungkin seorang sarjana muda bisa menulis skripsi maupun melaksanakan KKN," tandasnya. (Muhsin/Fajar)