FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, kembali mengungkit kasus besar yang sempat mengguncang Indonesia, skandal 'Papa Minta Saham'.
Seperti diketahui, skandal tersebut melibatkan mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto yang saat ini telah mendekam di penjara.
Said Didu membeberkan fakta menarik di balik pengungkapan rekaman percakapan kontroversial tersebut.
Ia menyebut nama mantan anggota DPR, Akbar Faizal, sebagai sosok yang paling ngotot agar rekaman penuh skandal itu dibuka ke publik.
“Saya yang pegang rekaman penuh selama 1 jam 16 menit. Awalnya, saya cuma kasih potongan rekaman 17 menit sebagai pancingan,” kata Said Didu di X @msaid_didu (11/7/2025).
Dikatakan Said Didu, dalam perdebatan panjang sekitar empat jam, akhirnya disepakati untuk menyiarkan seluruh rekaman percakapan tersebut.
Desakan kuat datang dari Akbar Faizal yang disebutnya lantang bersuara saat itu.
“Kata-kata Pak Akbar Faizal yang sangat kita kenal adalah ‘buka saja’. Akhirnya, rakyat Indonesia saat itu menyaksikan sendiri rekaman persekongkolan tingkat tinggi untuk merampok negara,” bebernya.
Tak hanya itu, ia juga memastikan bahwa rekaman lengkap yang ia pegang hingga saat ini masih aman.
“Rekaman yang ada di saya masih aman,” tegasnya.
Sebelumnya, Politikus senior ini mengenang kembali kasus besar yang pernah heboh di DPR, yakni kasus 'Papa Minta Saham'.
Akbar mengaku langsung teringat perannya saat membongkar skandal besar itu di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
Ia menyebut Reza Chalid adalah salah satu aktor kunci yang jadi incarannya saat itu.
“Kasusnya memang bukan di Pertamina, tapi di Freeport. Saya dipecat dari MKD saat itu,” kata Akbar di X @akbarfaizal68 (11/7/2025).
Akbar mengenang, saat itu ia sedang bersemangat membongkar kasus yang menyeret nama Setya Novanto itu.
Namun, tiba-tiba saja ia dicopot dari MKD tepat di pagi hari sebelum sidang putusan yang disiarkan live di semua televisi.
“Saya yang sedang bersemangat membongkar kasus itu tiba-tiba dinyatakan bukan lagi anggota MKD. Fraksi saya, NasDem, menunjuk Victor Laiskodat sebagai pengganti saya,” jelasnya.
Akbar tak menampik, dirinya memang sebelumnya sengaja dipilih NasDem karena dianggap kurang ajar dalam mengungkap kasus.
“Pertimbangan Surya Paloh saat itu, kekurangajaran saya dibutuhkan. Ya sudah, saya kurang ajar beneran di MKD. Eh, dipecat juga oleh persekongkolan kekuatan politik di DPR yang gelisah melihat tingkah saya,” bebernya.
Akbar mengaku, kala itu dirinya merasa sangat dekat untuk mencengkeram leher siapa saja yang terlibat.
Ia bahkan menyebut ada seorang saksi yang tampil songong saat diperiksa MKD.
“Kucecar dia. Tampaknya dia merasa kehormatannya sebagai pejabat tinggi terusik dengan pertanyaan-pertanyaanku. EGP!,” tegasnya.
Akbar bilang, peran Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said, Said Didu, serta Wapres Jusuf Kalla (JK) sangat membantu dengan pasokan data dan informasi.
“Pokoknya seru deh. Ternyata saya pernah jadi anggota DPR. Kadang lupa,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)