Ia juga menyinggung dinamika yang terjadi di tubuh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), di mana Jokowi dikabarkan tengah ditawari posisi sebagai dewan penasihat atau pengawas partai.
“Secara spesifik memang saat ini pak Jokowi sedang menjalankan fungsinya sebagai mantan kepala negara pada akhirnya masih mempunyai pengaruh kemudian juga link politik begitu besar,” jelas Heru.
Logo baru PSI, kata dia, juga menyimpan makna perlawanan yang tak bisa dianggap enteng.
“Yang perlu diketahui, logo yang juga taglinenya berubah, logo kepala gajah merah dan badan hitam, menunjukkan sebuah perlawanan politik yang dahsyat,” terangnya.
Kata Heru, isu ijazah Jokowi sengaja dimunculkan sebagai alat untuk melemahkan kekuatan politik mantan presiden tersebut dan keluarganya. Menurutnya, semua ini terkait dengan kontestasi politik nasional ke depan, termasuk Pilpres 2029.
“Ini hubungannya persaingan masa depan politik Indonesia. Teranyar, posisi Gibran sebagai wakil presiden memang sedang digoyong pemakzulan. Tentunya ini yang menjadikan ranah politik praktis sangat kental sekali,” ungkapnya.
Heru bilang, kondisi politik saat ini sebagai “perang antar gajah”. Dan, pemenangnya akan ditentukan pada asli atau tidaknya ijazah Jokowi.
“Berkaitan dengan simbol PSI yang baru, saya lihat saat ini sedang terjadi persaingan gajah melawan gajah, sangat ganas oleh dinasti. Hingga pada akhirnya ada satu titik kesempatan misalnya ijazah pak Jokowi dijadikan alat untuk menggebuki kelompok yang lainnya. Istilahnya, saya katakan ini perang antar gajah,” kuncinya.