Kasus Gagal Bayar 2025 Melonjak, Didominasi Pengguna Lama

  • Bagikan
Ilustrasi pinjaman online. (Dimas Pradipta/JawaPos.com)

Hampir 60% orang menggunakan paylater karena pengajuannya mudah. Lalu, 6 dari 10 pengguna memakainya untuk kebutuhan mendesak, selain untuk membayar utang (32%) dan memenuhi kebutuhan sehari-hari (30%).

Pria lebih cenderung menggunakan paylater untuk kebutuhan sehari-hari dan modal usaha. Gen Z menunjukkan penggunaan tertinggi untuk kebutuhan hiburan dibandingkan dengan generasi lainnya.

Untuk kategori pinjol, pertumbuhan cenderung stagnan dengan 8% ke 9% dalam setahun. Sama seperti paylater, 3 dari 4 responden menggunakan pinjol karena proses aplikasinya yang cepat.

Tiga kebutuhan yang paling banyak dilunasi dengan pinjol adalah kebutuhan mendesak (60%), utang (39%), dan kebutuhan sehari-hari (38%).

Head of Research Jakpat, Aska Primardi menyatakan bahwa data di paruh awal 2025 ini menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis fintech platform masih tetap sama banyaknya dengan data tahun sebelumnya. Memang ada dinamika kenaikan dan penurunan jumlah penggunanya, tetapi selisihnya sangat sedikit, sehingga bisa disimpulkan bahwa jumlah pengguna fintech tetap stabil jumlahnya dibandingkan periode sebelumnya.

“Fakta menarik lainnya adalah, walaupun jumlah pengguna tidak naik, namun ada kemungkinan mereka menggunakan layanan fintech dengan frekuensi yang lebih sering atau dengan jumlah pinjaman yang lebih besar. Hal ini nampak dari kenaikan persentase user BNPL pada platform e-wallet,” terang dia.

Tren Gagal Bayar

Aska juga menanggapi kasus gagal bayar (galbay) yang meningkat di awal tahun 2025. Menurutnya, ini adalah efek domino dari kondisi ekonomi negara. Di satu sisi, galbay telah berkembang dari sekadar masalah individu menjadi fenomena kolektif yang berdampak luas.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan