Narkoba Disini Kebanyakan Impor dari Tiongkok

FAJAR.CO.ID, SAMARINDA – Kurang dari sebulan, terhitung sejak 11 Januari lalu, ibu kota Kaltim sudah kemasukan lebih dari 3 kg narkotika jenis sabu-sabu. Semuanya nyaris kiriman dari Tiongkok. Itu dapat dilihat dari kemasan bungkus narkotika yang menggunakan kemasan teh berwarna hijau asal Negeri Tirai Bambu.
Sebelumnya, ada Badan Narkotika Nasional (BNN) Kaltim yang meringkus Istopo Santoso, warga Balikpapan, dengan barang bukti kemasan teh serupa. Bungkusan yang sama, Satresnarkoba Polres Samarinda meringkus Ria Raharja (32) dan kekasihnya, Minda Selvia Handayani (30), yang membawa 1 kg sabu-sabu.
Pengungkapan narkotika jaringan internasional oleh polisi di Jalan Elang, Kelurahan Bandara, Kecamatan Sungai Pinang dilakukan Jumat (2/2) lalu. Namun, baru dibeberkan kemarin (6/2) setelah pemeriksaan polisi buntu terhadap pemilik barang.
Pasangan kekasih itu mengaku dirinya hanya sebagai kurir. “Ditelepon untuk disuruh simpan sembari tunggu perintah,” ujar pria yang akrab disapa Rio itu. Belum ada upah yang diterima, dari siapa dan ke mana tujuan kristal mematikan itu pun tak jelas.
Bahkan, residivis kasus serupa itu juga menyebut, tak mengetahui rinci paket yang dibungkus lakban cokelat itu. “Enggak tahu kalau isinya narkoba,” kilahnya.
Satu paket besar berisi 1.007 gram sabu-sabu yang dibungkus teh dari Tiongkok, Yamaha Mio KT 2538 IP, dan handphone jadi barang bukti pasangan kekasih tersebut.
Sebelum tertangkap, keduanya sempat berusaha kabur dan membuang barang haram tersebut. Namun, cara membuang Rio terlihat petugas yang meringkus mereka. Penangkapan itu sempat menjadi perhatian warga.
Dari pemeriksaan Rio, orang yang menghubunginya berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas III Narkotika. Namun, siapa yang menghubunginya juga tak diketahui. “Dia seperti pasang badan. Tapi, tetap kami telusuri,” tegas Kapolres Samarinda Kombes Pol Vendra Riviyanto.
Beberapa kali pengungkapan yang mengarah ke narapidana, rupanya tak juga membuat mereka jera. Masih mudahnya alat komunikasi masuk ke dalam penjara membuat petugas jaga di pemasyarakatan terus kecolongan.
Vendra menyebut, tingginya angka pecandu narkoba membuat ibu kota Kaltim terus “banjir” narkoba. “Kasus narkoba bukan sekadar atensi semata, yang kami lihat dampak buruknya,” pungkas perwira melati tiga tersebut. (*/dra/kri/k11)