Pak, Badut itu Beda sama Pengemis, Jadi Jangan Diteritibkan

  • Bagikan
Ilustrasi badut jalanan
FAJAR.CO.ID, BANJARBARU - Keinginan Sekda Kota Banjarbaru Said Abdullah yang meminta agar badut yang beroperasi di jalanan ditertibkan, ternyata menuai penolakan dari masyarakat. Banyak yang menginginkan supaya badut jalanan tidak dihilangkan dari Kota Idaman, sebab kehadiran mereka mampu menghibur masyarakat. "Buat apa ditertibkan, mereka 'kan tidak mengganggu," kata Novrihati, salah seorang warga Banjarbaru. Dia mengaku tak sependapat jika badut jalanan disamakan dengan pengemis, karena mereka mencari uang dengan cara menjual jasa. "Mereka perlu modal dan persiapan, jadi tidak sama dengan pengemis," katanya. Hal senada diungkapkan, warga lainnya Rizal. Menurutnya, Pemko Banjarbaru harus berpikir bijak dalam mengatasi permasalahan badut. Kalau memang kehadirannya dianggap mengganggu kelancaran lalu lintas, maka cari solusi lain tanpa harus mengorbankan mereka. "Pemko bisa menatanya, dengan cara memberikan tempat khusus bagi badut jalanan itu," ujarnya. Sementara itu, Reza, 24, salah satu badut yang biasanya mangkal di depan kampus ULM Banjarbaru berharap mereka masih bisa beroperasi di Banjarbaru. "Kami tidak mengganggu, kami hanya mencari nafkah," ungkapnya. Dia mengaku baru mangkal di kawasan Banjarbaru selama empat hari. Setiap harinya, warga asli Banjarbaru ini mendapatkan penghasilan Rp200 ribu. "Hasilnya saya bagi dua dengan pemilik kostum. Saya jadi badut tidak gratis, jadi jangan samakan dengan pengemis," katanya. Mendengar penolakan dari masyarakat, Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani angkat bicara. Dia menyampaikan, yang dimaksud menertibkan bukannya harus menyingkirkan badut jalanan. Melainkan, menata mereka agar mangkal di lokasi yang aman. "Maksudnya, jangan ada badut yang di pinggir jalan raya. Apalagi di tikungan jalan. Itu berbahaya, bisa mengganggu konsentrasi pengguna jalan," paparnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan