Lukman Hakim Saifuddin Antre 25 Menit ke Kamar Mandi Adnan Sanksi PNS yang Produksi Plastik Daun Sirsak Ampuh Cegah Penyakit Kanker Topan Lekima Menewaskan 49 Orang, 1 Juta Mengungsi Asyik Timbang Sabu-sabu, Polisi Tangkap Pengedar di LuwuSelain itu, juga tidak selalu harus mengandalkan staf untuk menawarkan menu tertentu. Karena itu, dia mengimbau para pelaku bisnis kuliner tidak eman-eman berinvestasi di sisi teknologi. ’’Intinya, kalau mau investasi, berinvestasilah ke hal-hal yang bisa memberikan solusi dan membuat semuanya lebih praktis,’’ tegasnya. Owner Restomart Damian Pius menambahkan, ke depan restoran dan kafe berteknologi tinggilah yang akan menjadi tren. ’’Orang-orang masa kini sudah tidak bisa dijauhkan dari teknologi. Itu cara paling efektif untuk mempertahankan pelanggan sekaligus menambah yang baru,’’ tuturnya. (jpnn)
Bisnis Kuliner, Ini Kiat Agar Bisa Bertahan Lama

FAJAR.CO.ID, SURABAYA - Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restauran (Apkrindo) Jawa Timur, Tjahjono Haryono mengatakan, pasar yang kompetitif menuntut para pelaku bisnis kuliner kreatif dan inovatif.
’’Kalau ingin bertahan lama, ya, harus rajin berinovasi. Mulai menu, teknologi, hingga equipment,’’ katanya dalam Business & Culinary Talks di Surabaya, Sabtu (10/8).
Bisnis kuliner di Jatim memang semakin menggeliat. Restoran dan kafe tumbuh terus.
Pertumbuhannya mencapai 20 persen pada 2018. Tahun ini proyeksi pertumbuhannya akan lebih tinggi. Karena itu, kompetisinya pun semakin sengit.
Tjahjono menambahkan, konsumen zaman now tidak ragu merogoh kocek dalam-dalam demi makanan atau minuman yang sedang tren.
Asalkan harga yang mereka bayar sebanding dengan yang mereka dapatkan. Karena itu, para pebisnis restoran dan kafe harus selalu meng-update wawasan mereka soal kuliner.
Menurut Tjahjono, nilai transaksi industri food and beverage (f&b) di Indonesia besar.
Sepanjang tahun lalu saja angkanya mencapai lebih dari Rp 800 triliun. Di Surabaya, nilai PAD dari sektor restoran berkisar Rp 450 miliar.
’’Itu angka yang besar. Artinya, prospek bisnis industri ini masih sangat cerah,’’ tegasnya.
Investor bisnis kuliner di Jatim adalah anak muda. Usia mereka kira-kira 20 tahun hingga 40 tahun.
Hampir 40 persen pebisnis tersebut adalah milenial. Demikian juga konsumennya. Karena itu, industri kuliner tidak bisa terlepas dari teknologi.
’’Bagi konsumen milenial, pengalaman lebih penting ketimbang rasa makanan,’’ kata Chef & Kitchen Consultant Mandif Warokka.
Pengalaman, menurut dia, mencakup semua aspek restoran. Bukan hanya menu, melainkan juga sampai ke suasana restoran atau kafe dan layanan.
Menyajikan menu dalam tampilan digital, menurut Mandif, juga penting. Sebab, pemesanan makanan akan menjadi jauh lebih cepat.