FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyoroti tingginya jumlah guru yang akan pensiun dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini dinilai akan berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga pendidik.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril akan menghadapi masalah besar terkait kekurangan guru. Pasalnya, saat ini lebih dari 60 persen guru berstatus non-ASN.
Bahkan, Ramli memprediksikan kekurangan guru akan semakin besar dalam lima tahun ke depan. Lantaran jumlah guru pensiun juga membesar.
Dia menyebutkan, tahun 2020, ada 72.976 guru pensiun. Lalu tahun 2021 ada 69.757 guru pensiun. Selanjutnya tahun 2022 ada 86.650, tahun 2023 ada 83.841 dan tahun 2024 ada 78.420 guru berstatus ASN yang pensiun.
"Gelombang guru pensiun yang semakin besar dari tahun ke tahun akan menjadi ancaman serius akan ketersediaan tenaga pendidik Indonesia," kata Ramli.
Ramli menyatakan, meskipun ada penerimaan ASN guru, tapi tidak mampu megakomodasi kebutuhan terhadap guru yang semestinya berstatus ASN.
Dampak lebih lanjut terhadap kondisi tersebut, guru non-ASN atau honorer menjadi semakin banyak. Malah akan mendominasi pengajar di sekolah.
”Coba bayangkan kalau mayoritas guru honorer mengajar. Mereka tidak mengajar penuh sebagai guru, sebab gaji tidak seberapa. Maka kualitas pendidikan akan dipertaruhkan,” bebernya.
Selama ini, kata Ramli, memang selalu mendorong agar ketersediaan guru ASN diperhatikan. Hanya saja, jatah yang diberikan selalu tidak sesuai permintaan.