Cerita Dibalik Drama 15 Menit, Pesan Supriansa ke Taufan: Jangan Seperti Gunting, Jadilah Jarum dan Benang

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Taufan Pawe sebagai ketua DPD I Golkar Sulsel menjadi cerita dan kisah tersendiri bagi Supriansa, anggota DPR-RI yang maju dalam konstestasi Musda Golkar 2020.

Drama politik di Hotel Sultan Jakarta, Jumat malam lalu bagi Supriansa adalah sebuah "latihan" politik praktis luar bisa di tubuh partai Golkar dan memberinya pelajaran berharga di dunia politik. Menurutnya, latihan itu tak didapati di arena kampus atau ruang manapun. Partai Golkar memberinya pelajaran berharga sebagai politikus.

Ia pun menceritakan drama mengumumkan pak Taufan Pawe sebagai ketua itu sebenarnya hanya 15 menit. Bukan 3 jam seperti diberitakan di media.

Supriansa membawa pesan pak NH bahwa dalam memimpin musyawarah empat kandidat sebaiknya di sepakati mufakat saja jangan melakukan Voting. Karena level tertinggi sebuah demokrasi adalah Mufakat.

Lalu dia di tunjuk menjadi Juru bicara dari keempat kandidat Supriansa dalam hatinya berbisik bahwa tentu bukan saya yang harus di sepakati karena tak mungkin mengumumkan dirinya sendiri. "Dari situlah saya menangkap sinyal bahwa saya harus memberi jalan pak Taufan Pawe untuk disepakati karena memang beliau juga berkeinginan untuk maju menjadi pemimpin di provinsi Sulsel," terangnya.

"Sebelum masuk arena sidang, kami para kandidat dikumpulkan di ruang (VIP). Saya hanya membaca isyarat dari ketua umum dan pengurus DPP. Betul-betul murni saya membaca isyarat itu. Akhirnya meluncur dari mulut saya nama pak Taufan Pawe," lanjut Supriansa kepada FAJAR, Minggu 8 Agustus 2020.

Seperti diketahui Taufan Pawe satu-satunya kandidat yang menyatakan bakal maju di Pilgub Sulsel 2024. Komitmen inilah yang dipegang DPP Golkar sehingga walikota Parepare itu menjadi figur diiginkan menahkodai Golkar Sulsel.

"Kalau saya secara pribadi dalam periode terdekat memang belum berkeinginan mencalonkan Gubernur. Bersaing di Musda karena keinginan DPP sendiri dan dorongan arus bawah pemilik suara. Jadi ya begitu jalan tengahnya," terang Supriansa.

Dia pun meminta agar Taufan bekerja keras membenahi Golkar Sulsel menyongsong Pilkada langsung 2020. Apa yang sudah dibenahi Nurdin Halid mesti disempurnakan, dan apa yang masih kurang perlu dibenahi.

Saat berpidato Supriansa memberi pesan kepada Taufan Pawe untuk menjalankan organisasi ini dengan terbuka dan jangan seperti gunting walau jalannya lurus tapi memisahkan, tapi jadilah seperti jarum dengan benang memang menyakitkan tapi menyatukan.

Bagi Supriansa sendiri, kegagalan menjadi ketua Golkar Sulsel menjadi pelajaran penting arti sebuah berdemokrasi. "Semua kembali ke kompromi. Kalau saya berkeras bisa saja lanjut voting, tapi suasana akan lain. Itu sangat bahaya bagi harmonisasi Golkar dan tentu saja karier politik saya pribadi. Iniah yang terbaik buat saya dan pendukung," katanya. (**)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan