Tidak ada jalan lain jika benar-benar sistem pembelajaran online ini jadi penghalang, untuk mewujudkan cita-citanya di masa depan kelak.
Alternatif lain, mereka terpaksa membantu ayahnya menanam sayur dan buah di sawah. Lahan di sana pun bukan milik mereka. Melainkan punya orang lain.
"Sawahnya orang ini saya garap. Saya pun digaji per bulan dengan hasil yang tidak pasti. Jadi mana mungkin saya bisa belikan tiga buah ponsel untuk anak-anak saya ini," kata ayah kandung Syarif, Sudirman Daeng Tappa.
Selain sang ayah yang mati-matian merawat anaknya agar hidup layak kelak, sementara sang ibu bernama Subaedah tak jarang menitihkan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
Ketiga anaknya itu tak bisa berbuat apa-apa. Hanya meratapi nasib di tengah sawah sembari menanti kerasnya kehidupan yang suram, akibat pendidikan yang baginya sangat sulit di masa saat ini. (Ishak/fajar)