Ujang duduk di tanah. Ia memejamkan mata. Mulutnya komat-kamit.
Tak berselang lama, Ujang terlihat mual. Ia menahan sakit. Namun Ujang tetap meladeni para dukun santet.
Melihat kondisi Ujang yang kewalahan, para dukun santet kembali tertawa terbahak-bahak. Mereka terus membaca mantra untuk menyerang Ujang.
“Tidak ada apa-apanya,” ledek dukun santet .
Tiba-tiba saja Ujang mengerang, seperti terkena pukulan. Ia terjatuh. Ujang memegang perutnya sambil berbaring.
Ujang mencoba bangun kembali. Namun kondisinya semakin lemah. Ia hanya bertahan sejenak sebelum akhirnya tumbang. Ujang muntah darah. Ia terkapar di tanah.
Melihat Ujang sudah tak berdaya, para dukun santet pun meninggalkan lokasi sambil meledek Ujang Bustomi.(pojoksatu/fajar)