Dia juga menekankan bahwa Kemenag siap menjadi mediator jika ada kelompok tertentu bermasalah dengan dua organisasi tersebut.
“Jika ada perbedaan keyakinan perbedaan pendapat, antara warga Ahmadiyah dan Syiah dengan kelompok yang lain. Itu harus selalu disampaikan dengan dialog, kami Kemenag siap memfasilitasi,” bebernya.
“Itu sikap saya. Nah tiba-tiba ada berita seperti itu, gimana ceritanya! Itu sebetulnya yang saya maksud,” sambung mantan anggota Komisi II DPR itu.
Dia menekankan, pemerintah pada prinsipnya siap pasang badan jika ada perbedaan pendapat antar suku, agama, dan golongan.
“Karena ini prinsip dasar ya, negara itu prinsip dasar, sementara pemerintah ketika ada perbedaan di tengah masyarakat, yang memfasiltasi dengan dialog dan itu yang menjadi dasar itu,” tutupnya.
Sementara itu, berkenaan dengan polemik Menag tersebut, sang kakak, Yahya Cholil Staquf menanggapinya santai.
Gus Yahya sendiri sebelumnya menjadi kandidat kuat yang disebut-sebut akan mengisi jabatan Menteri Agama yang kini diduduki adiknya.
“Hahaha, dia bisa urus sendiri itu,” kata Gus Yahya terkekeh kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/12).
Pengasuh Ponpes Raudlotul Tholibin Rembang ini mengatakan, apa pun yang dilakukan sang adik akan didukungnya penuh.
“Pastilah saya mendukung dan mendoakan beliau,” singkatnya.
Gus Yahya sama sekali tidak mau mengintervensi sang adik yang kini duduk di kursi Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan KH Maruf Amin.
“Saya enggak usah dibawa-bawalah, dia bisa sendiri. Saya juga enggak mau ikut-ikutan, saya fokus ngasuh pondok pesantren saja,” tutupnya.
(rmol/pojoksatu)