Peluang di Pilpres Terbuka Lebar, 4 Hal Ini Harus Dilakukan Amran Sulaiman

  • Bagikan
Amran Sulaiman

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Sejumlah pihak telah melempar wacana mempasang-pasangkan Capres dan Cawapres. Meski Pilpres baru akan dihelat pada 2024 mendatang atau masih tiga tahun lagi. Namun, rumor ini mulai hangat-hangatnya diperbincangkan.

Misalnya saja DPW PKB Sulawesi Selatan memaketkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar berpasangan dengan mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (AAS).

Tak sampai disitu, AAS yang dianggap sebagai figur representasi Indonesia Timur juga diduetkan dengan tokoh kuat di Indonesia Barat. Sebut saja jagoan PDI Perjuangan Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Dr Sawedi Muhammad, Sosiolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar menilai wacana mempasang-pasangkan Capres dan Cawapres saat ini masih terlalu dini. Ini hanya bagian dari political gimmick berupa simulasi yang bertujuan menarik perhatian publik, atau bahkan sekadar testing the water saja.

Menurutnya, koalisi parpol pengusung bergerak sangat dinamis dan sangat susah ditebak. Penentuan calon yang akan diusung didasarkan atas berbagai kalkulasi pilihan rasional yang kadang ditentukan di menit-menit terakhir pendaftaran di KPU.

Namun, jika memang Amran Sulaiman benar-benar serius ingin bertarung di panggung Pilpres, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan CEO Tiran Group itu secara paralel.

"Pertama, komunikasi personal dengan elit partai, terutama DPP sekaligus tukar pikiran mengenai perkembangan politik mutakhir, tantangan yang dihadapi parpol dan kontribusi positif yang bisa dilakukan menghadapi masalah bangsa yang semakin kompleks," tutur Dr Sawedi kepada fajar.co.id, Kamis (4/3/2021).

Kedua, lanjut Sawedi, AAS harus mempersiapkan gagasan dan visi kebangsaan baik dari aspek ekonomi, politik, hankam, sumber daya manusia, ketahanan pangan, energi dan lingkungan serta kebijakan luar negeri.

"Gagasan dan visi kebangsaan ini harus otentik, komprehensif dan visioner yang dirumuskan berdasarkan kondisi objektif bangsa Indonesia," imbuhnya.

Ketiga, AAS sebaiknya melakukan komunikasi intensif dengan elit-elit parpol, universitas dan tokoh agama di regional Sulawesi serta wilayah Indonesia Timur.

Keempat, melakukan diaseminasi gagasan dan visi ke Indonesiaan baik melalui talk show, podcast, sosial media, studium generale dan diskusi publik lainnya.

"Diskusi publik dan disseminasi visi ke Indonesiaan sesekali dilakukan di Pulau Jawa sebagai pemilik suara terbanyak," saran Sawedi.

Dengan demikian, apabila langkah-langkah tersebut di atas dilakukan secara serius, maka akan sangat membantu mengangkat baik polularitas maupun elektabilitas AAS.

Pasalnya, tak sedikit pihak yang berharap AAS mempersiapkan secara serius langkah-langkah politiknya untuk maju di Pilpres mendatang.

"Peluang bagi AAS sudah terbuka lebar. Sayang sekali kalau peluang dan kesempatan seperti ini tidak dimanfaatkan dengan baik," pungkasnya. (endra/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan