Di samping itu, TNI juga dibantu oleh empat kapal dari kepolisian, serta dua kapal dan satu unit alat deteksi bawah laut/remote operation vehicle (ROV) yang dioperasikan oleh Basarnas.
Sementara itu, Indonesia juga menerima bantuan dari negara-negara sahabat, di antaranya Malaysia, Singapura, India, dan Australia untuk melakukan operasi pencarian serta penyelamatan KRI Nanggala-402.
Dalam jumpa pers di Bali, Jumat, Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad menjelaskan wilayah pencarian masih terkonsentrasi di daerah utara perairan Pulau Bali. Beberapa petunjuk yang telah ditemukan oleh tim pencari, di antaranya tumpahan bahan bakar minyak dan titik-titik magnet berkekuatan tinggi pada kedalaman 50-100 meter.
“Ada satu titik magnet yang cukup kuat, mudah-mudahan itu tidak berubah dan akan dikejar. Mudah-mudahan itu menjadi titik terang,” ujar Achmad Riad berharap.
Ia lanjut menegaskan operasi pencarian akan dimaksimalkan sampai batas akhir, mengingat kapasitas oksigen KRI Nanggala-402 dalam keadaan mati total (blackout) kemungkinan hanya sampai 72 jam atau kurang lebih tiga hari. Kapal itu telah hilang kontak pada pukul 03.00 WITA, Rabu (21/4), sehingga oksigen kemungkinan tersedia sampai pukul 03.00 WITA, Sabtu (24/4).
KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu dini hari saat latihan peluncuran torpedo nomor 8. Komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala-402 berlangsung pada pukul 04.25 WITA, yaitu saat komandan gugus tugas latihan akan memberi otorisasi penembakan torpedo. (jpg/fajar)