Benarkah Nabi Suka Emosian, Pemarah dan Gemar Melaknat? Ini Penjelasan Gus Nadir

  • Bagikan
Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dewasa ini kerap kali kita mendengar sesama manusia saling melaknat. Bahkan ada sebagian pihak yang salah memahami terkait riwayat seolah Nabi itu suka emosian, pemarah dan gemar melaknat.

Cendekiawan Muslim, Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir menjelaskan sejatinya mereka hendak mencari pembenaran terhadap kelakuan buruk mereka lantas dinisbatkan kepada Nabi. Na’udzubillah. Benarkah Nabi sering melaknat?

Nabi Muhammad Saw itu ma’shum dan dijaga Allah. Itu sebabnya Allah mendidik Nabi langsung dengan pengajaranNya berupa ayat al-Quran.

"Maka akan berbahaya kalau kita memotong riwayat hadits dan tidak menjelaskan pandangan ulama tentang hadits itu, dan langsung menyimpulkan sendiri," jelas Gus Nadir di Twitter, dikutip pada Senin (11/7/2022).

Ini Hadits lengkapnya dalam kitab Shahih Bukhari

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَرُبَّمَا قَالَ إِذَا قَالَسَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ يَجْهَرُ بِذَلِكَوَكَانَ يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا لِأَحْيَاءٍ مِنْ الْعَرَبِ حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ { لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ } الْآيَةَ

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda jika ingin mendoakan kecelakaan kepada seseorang atau berdoa keselamatan kepada seseorang beliau selalu qunut setelah rukuk.

"Kemudian ia berkata; "Jika beliau mengucapkan: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH, " beliau berdoa: "Wahai Rabb kami bagi-Mu segala pujian. Ya Allah selamatkanlah Al Walid bin Al Walid, salamah bin Hisyam, dan 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ya Allah keraskanlah hukuman-Mu atas Mudlar, dan timpakanlah kepada mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun pada masa Yusuf." -beliau mengeraskan bacaan tersebut.

Beliau juga membaca pada sebagian shalat yang lainnya, beliau membaca pada shalat subuh: "Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan dari penduduk arab.

"Sampai akhirnya Allah Azza Wa Jalla mewahyukan kepada beliau: "Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim (Ali Imran: 128)."

Ada beberapa riwayat berbeda tentang turunnya QS. Ali Imran:128 ini. Ada yg bilang turun pada peristiwa perang uhud.

Ada pula riwayat seperti di atas yang turun dalam peristiwa bi’r ma’unah. Ibn Hajar dalam Fathul Bari dan Tafsir as-Sa’di menjelaskan mengenai perbedaan asbabun nuzul ini bahwa ayat di atas bisa turun berkenaan dengan semua kisah itu karena mungkin turunnya tidak segera, dan antara masing-masing kisah tidak berjauhan terjadinya sehingga mencakup semua itu.

Intinya ayat di atas menjelaskan bahwa kewajiban Nabi Muhammad hanyalah menyampaikan, membimbing manusia dan memberitahukan hal yang bermaslahat bagi mereka. Adapun masalah nasib mereka kelak itu adalah urusan Allah, oleh karena itu, bersabarlah.

Jika hikmah (kebijaksanaan) Allah dan rahmat-Nya menghendaki, bisa saja Dia menerima tobat mereka dan menjadikan mereka masuk Islam, dan jika hikmah-Nya menghendaki, bisa saja membiarkan mereka di atas kekafiran sehingga mereka akan mendapat siksa.

Hal ini menunjukkan keadilan Allah dan kebijaksanaan-Nya, di mana Dia meletakkan hukuman pada tempatnya, Dia tidak menzalimi hamba-Nya, tetapi hamba itulah yang menzalimi dirinya sendiri.

Setelah turunnya ayat ini, menurut para ulama tafsir, Nabi tidak sekalipun mengutuk seseorang dan tidak pula mendoakan yang buruk.

Bahkan ketika ada yang mengusulkan agar beliau mendoakan kebinasaan seseorang atau sekelompok, beliau menjawab: “Saya tidak diutus untuk menjadi pengutuk, tetapi saya diutus mengajak dan membawa rahmat.” (Sahih Muslim). (dra/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan