Pertimbangan lainnya adalah konsumsi rokok yang menjadi konsumsi rumah tangga miskin terbesar kedua setelah beras. Bahkan melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam.
”Yakni, mencapai 12,21 persen untuk perkotaan dan 11,63 persen untuk masyarakat pedesaan. Ini adalah tertinggi kedua setelah beras, bahkan melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam serta tahu dan tempe yang merupakan makanan-makanan yang dibutuhkan masyarakat,” terangnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis tingkat inflasi tahunan Sulsel (Oktober 2022 terhadap Oktober 2021) tercatat 6,12 persen. Ini berdasarkan sampel gabungan lima daerah di Sulsel, yakni Bulukumba, Watampone, Makassar, Parepare, dan Palopo.
Rokok alias tembakau menjadi salah satu barang yang sangat signifikan terhadap angka inflasi Sulsel.
Dari lima kota indeks harga konsumsi (IHK), inflasi yoy tertinggi terjadi di Parepare sebesar 7,66 dengan IHK sebesar 114,90 dan inflasi yoy terendah terjadi di Bulukumba sebesar 4,70 dengan IHK sebesar 112,83.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada 10 kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau (6,74 persen). Kelompok pakaian dan alas kaki (3,03 persen).
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga (2,77 persen). Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (4,96 persen). Lalu kelompok kesehatan (2,53 persen)
Berikutnya kelompok transportasi (19,17 persen), kelompok rekreasi, budaya, dan olahraga (3,13 persen), kelompok pendidikan (2,47 persen), dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (4,33 persen).