FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Konflik oknum TNI dan Polri di Jeneponto, mestinya tak terjadi. Sebelumnya, ketegangan serupa terjadi di Makassar. Pengendalian emosi aparat jadi pekerjaan rumah masing-masing institusi.
Pakar Psikologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Istiana Tajuddin menuturkan, masalah kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat ini mesti ditinjau dengan seksama. Seyogianya, agresif adalah merupakan sifat primitif yang dimiliki oleh tiap manusia.
Hanya saja ada sejumlah faktor yang memengaruhi manusia mengambil tindakan tersebut. Dalam kasus yang dilakukan oleh sejumlah oknum aparat ini, bisa saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Aparat ini terbiasa mendapatkan pembiaran terhadap perilaku kekerasan di lingkungannya, sehingga tindakan kekerasan menjadi hal yang diajarkan oleh individu tersebut. "Bahwa oknum aparat ini terbiasa dengan hal seperti itu (pembiaran terhadap kekerasan)," kata Istiana kepada FAJAR, kemarin.
Selanjutnya, sambung Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini, faktor individu yang merasa memiliki power dengan jabatannya. Ini memberikan individu kecenderungan untuk menghukum langsung.
"Pada oknum yang melakukan, barangkali merasa bahwa dengan profesi yang dimiliki, menganggap memiliki otoritas, dia merasa punya power/kekuatan tertentu (sehingga kekerasan dilegalkan)," jelas Istiana.
Salah satu kasus yang ia analisis adalah kasus oknum TNI yang menendang pemotor di jalan di Jawa Barat. Itu dipengaruhi oleh reaksi spontan akibat kaget. Hanya saja, reaksi kaget tersebut justru menghasilkan agresi.