FAJAR.CO.ID -- Bank Dunia merilis Indonesia kembali masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas atau Upper Middle-Income Country atau UMIC pada 1 Juli 2023 lalu.
Menurut Bank Dunia, Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tercatat naik sebesar 9,8 persen dari 4.170 dolar Amerika pada 2021 menjadi 4.580 dolar Amerika pada 2022.
Hanya saja, masuknya Indonesia dalam negara berpendapatan menengah atas atau UMIC sangat bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di beberapa daerah, terutama Bojonegoro beberapa waktu lalu. Ribuan suami digugat cerai kerena tak sanggup nafkahi keluarga.
Lebih dari seribu istri menggugat cerai suaminya di Pengadilan Agama Bojonegoro dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2023.
Para ibu rumah tangga menggugat cerai suaminya karena sang suami tidak sanggup menafkahi keluarga.
Menurut pihak Pengadilan Agama Bojonegoro tercatat sebanyak 1.500 kasus perceraian. Dari jumlah tersebut mayoritas merupakan cerai gugat atau yang diajukan pihak istri.
Solikin Jambi selaku panitera Pengadilan Agama Kabupaten Bojonegoro mengatakan mayoritas penyebab banyaknya istri yang mengajukan gugatan cerai suami karena faktor ekonomi.
“Pihak istri menganggap suami tak mampu memenuhi nafkah keluarga,” jelas Solikin.
Febrio Kacaribu selaku Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa Indonesia berhasil naik menjadi upper-middle income country, bahkan di saat ambang batas klasifikasinya naik mengikuti kenaikan inflasi global.
Kembalinya Indonesia ke kelompok negara berpendapatan menengah atas tidak terlepas dari efektivitas penanganan pandemi, pelaksanaan Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), serta transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam (SDA).
Berbagai instrumen APBN melalui program PC-PEN 2020-2022 berperan penting dalam memberikan bantalan kebijakan di masa krisis pandemi serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Selain itu dampak signifikan kebijakan hilirisasi SDA telah mendongkrak kinerja ekspor dan memperkuat keseimbangan eksternal Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang mampu pulih cepat dan kuat.
"Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga kualitas pemulihan perekonomian. Ini ditunjukkan dengan penurunan tingkat kemiskinan kembali menjadi satu digit di tahun 2021 dan konsistensi penurunan tingkat pengangguran yang terus mendekati level prapandemi," lanjut Febrio.
Febrio juga menjelaskan untuk merealisasikan cita-cita besar Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kisaran 6 persen - 7 persen secara konsisten.
Peningkatan GNI per kapita secara signifikan di tahun 2022 ini menjadi pijakan yang kuat untuk mewujudkan Visi Indonesia Maju 2045. (fajar/disway)