FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyoroti kondisi di mana industri hulu minyak dan gas (migas) di Tanah Air yang belum berjalan optimal. Atas kondisi ini, ia berharap BUMN bisa berkolaborasi bersama swasta.
Menurutnya, Pertamina memiliki kinerja yang bagus. Namun ia mengingatkan, jangan sampai beban yang ditanggungnya terlalu banyak. Alangkah lebih baiknya bila swasta bisa turut ikut serta menggarap sejumlah sumur minyak yang dikuasai Pertamina untuk membantu agar produksinya bisa lebih optimal.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kiki Rizki Yoctavian menilai arahan Bahlil soal peningkatan produksi industri hulu minyak dan gas (migas) di tanah air berlum berjalan optimal sangat sejalan dengan semangat pemerintah untuk terus meningkatkan produksi.
Menurutnya, arahan Menteri Bahlil agar peningkatan produksi yang saat ini rata-datanya mencapai 600 ribu barel per hari perlu ditingkatkan lagi agar bisa seimbang dengan target APBN adalah dengan melakukan kerjasama dengan pihak swasta nasional.
“Bahkan, Pertamina pernah menjalin kerjasama dengan Adaro dalam pasokan bahan bakar minyak (BBM) dan pemanfaatan penyimpanan BBM,” kata Rizky kepada wartawan, Jumat (22/9).
Diketahui, saat ini produksi minyak Indonesia rata-ratanya mencapai 600 ribu barel per hari, masih di bawah target APBN. Pemerintah RI sendiri menargetkan pada 2030 mendatang produksi minyak RI bisa tembus 1 juta barel per hari.
Dikatakan Rizky, kolaborasi antara Pertamina dan swasta nasional memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan produksi industri minyak dan gas. Dia mengungkapkan bahwa salah satu langkah yang dapat diambil adalah bekerjasama dalam mengelola sumur minyak lepas pantai dan sumur minyak yang belum dikelola sepenuhnya.