Oktober Masih Jadi Bulan Kering, Sektor Pertanian Dapat Perhatian Khusus

  • Bagikan
Kemarau jadi ancaman di sejumlah daerah/Dok

FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Puncak musim kemarau akan terjadi pada Oktober 2023. Sentra pertanian harus menjadi perhatian.

Presiden Joko Widodo mengumpulkan menteri dan kepala lembaga untuk rapat terbatas terkait El Nino. Fenomena alam ini membuat munculnya risiko kekeringan, kesusahan air bersih, gagal panen, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar seusai ratas mengungkapkan bahwa Jokowi menginginkan agar dampak El-Nino in bisa teratasi.

Siti menyebutkan bahwa 60 hingga 80 persen embung masih efektif untuk mengairi. Di sisi lain, terpantau juga ada 6659 hot sport hingga 2 Oktober lalu. Hotspot itu 80 persen berpeluang menjadi fire spot atau titik api.

“Perkiraan saya dengan situasi di September dan Oktober, akan bertambah,” katanya.

Siti mengungkapkan sejak 28 Oktober tim pengendali karhutla tengah berjibaku mengenadalikan titik api di Sumatera Selatan Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

Selain itu Riau dan Jambi juga dimonitor terus. Siti menjamin hingga kini belum ada asap yang menyeberang ke negara tetangga seperti Malaysia.

"Sudah ada penetapan tersangka dari KLHK sendiri ada 144 perusahaan yang mendapatkan peringatan. 23 perusahaan sudah disegel,” kata Siti.

Kementerian Pertanian (Kementan) merespon dampak kemarau panjang akibat El Nino, terhadap produktifitas pangan.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan mereka melakukan sejumlah upaya menghadapi dampak El Nino yang berakibat pada sektor pertanian.

"Langkah penanganan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah," katanya kemarin.

Di antaranya berupa percepatan tanam pada wilayah yang masih terdapat sumber air. Kemudian menanam komoditi tanaman pangan yang lebih hemat air (padi tahan kering), varietas umur pendek, menanam jagung atau kacang-kacangan. Serta melakukan normalisasi saluran untuk drainase dan menyiapkan sumber air alternatif.

Secara khusus, upaya menekan dampak El Nino itu dilakukan denhan Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino. Upaya dari gerakan nasional itu berupa kegiatan tambah luas tanam 500 ribu hektar di 10 provinsi dan 100 Kabupaten.

"Progressnya terus kami monitor dengan melakukan koordinasi antara pusat dan daerah, serta terjun langsung ke lapangan," terangnya.

Kemudian Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan Yudi Sastro menjelaskan upaya lain untuk penanganan kekeringan akibat fenomena El-Nino salah adalah pengadaan sarana pompa air.

Kemudian melakukan Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) yakni banjir atau kekeringan di lahan seluas 4.250 hektar.

Yudi menuturkan sampai saat ini, bantuan pompa air telah direalisasikan ke 11 provinsi dan dijadikan stok pada brigade perlindungan tanaman. Skema penggunaannya adalah dipinjam pakai oleh kelompok tani yang membutuhkan.
Berdasarkan laporan petugas saat ini, stok pompa yang ada di brigade sudah tersebar ke petani untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pompanisasi.

Gelombang El Nino juga memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan di beberapa titik. Termasuk di pulau Jawa. meskipun begitu pemerintah belum ada rencana melakukan modifikasi cuaca atau hujan buatan untuk di Pulau Jawa.

BMKG menyebutkan El Nino masih terus terjadi sampai awal tahun depan. Tetapi kemaraunya berlangsung hingga bulan ini. El Nino turut membawa dampak pada harga beras yang masih melambung.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menuturkan, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal itu. Termasuk juga untuk mencapai cadangan beras minimal juta ton.

Tito menjelaskan, ada tujuh provinsi yang masih memproduksi beras. Selain itu, Presiden Jokowi telah menugaskan Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk melakukan impor beras. (jp/dir)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan