Deklarasi Sumpah Pemuda 2.0, Mahasiswa Nilai Politik Dinasti Ancaman Nyata bagi Rakyat Miskin yang Ingin Menjadi Pemimpin

  • Bagikan
Sejumlah mahasiswa dari gabungan beberapa kampus mendeklarasikan Sumpah Pemuda 2.0 di Gedung Joang '45, Rabu (22/11). Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan pemuda terutama dari kelompok mahasiswa, bukannya menyambut baik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuka lebar ruang genara muda untuk menjadi capres dan cawapres.

Sebaliknya, kalangan mahasiswa menilai putusan MK yang memberu ruang generasi muda menjadi capres-cawapres di bawah usia 40 tahun asalkan pernah menjabat kepala daerah, merupakan ancaman nyata bagi generasi muda terutama dari kalangan rakyat biasa untuk jadi pemimpin.

Karena alasan itu, sejumlah mahasiswa dari gabungan beberapa kampus mendeklarasikan Sumpah Pemuda 2.0. Deklarasi itu terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hingga refleksi sembilan tahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Adapun deklarasi dipimpin oleh Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, Ketua BEM Unpad Haikal Febrian Syah, Sekjen SEMA Paramadina Afiq Naufal, Ketua BEM KM UGM Gielbran Muhammad Noor, dan mahasiswa UNNES Fajar Rahmat Sidik.

"Bagi kami, putusan MK kemarin tidak sedikit pun memberi arti positif bagi generasi kami. la malahan membunuh kepercayaan kami akan terangnya masa depan republik ini," kata Melki Sedek Huang di Gedung Joang '45, Rabu (22/11).

Melki menyinggung politik dinasti yang kini sedang ramai diperbincangkan sejak putusan MK mengenai batas usia capres-cawapres. Menurutnya, politik dinasti merupakan ancaman nyata bagi anak miskin yang ingin menjadi pemimpin.

"Bangkitnya politik dinasti yang hadir karena pembajakan konstitusi kemarin akan membunuh harapan jutaan pemuda dan anak-anak Indonesia yang bermimpi akan cerahnya masa depan. Politik dinasti adalah ancaman bagi setiap anak-anak miskin yang bermimpi menjadi pemimpin," lanjutnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan