Seingatnya, Risma berkenalan dengan penyalur tenaga kerja itu melalui aplikasi Facebook.
Usut punya usut, Risma nyatanya dibawa ke tanah Papua Barat dan dipekerjakan di sebuah cafe bernama Blue sky.
"Ternyata di Papua, dia bilang saya tidak tau pak bosku yang bawaka ke sini," Jupri menuturkan.
Singkatnya, pada 25 April lalu, sekira pukul 08.30 Wita, orang yang disebut bos dari Risma memberikan kabar melalui telepon. Mengatakan, Risma telah tiada.
"Bosnya menelepon mengatakan Risma meninggal dengan cara gantung diri pakai sarung," tandasnya.
Tidak lama setelahnya, Jupri mengungkapkan bahwa handphone bos Risma sudah tidak dapat dihubungi kembali.
Untungnya, kata Jupri, perawat di rumah sakit tempat Risma dilakukan penanganan mengurusnya hingga pemakaman.
"Untung ada perawat yang mengurus semua sampai selesai pemakaman almarhumah," pungkasnya.
Sementara itu, pada surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan yang diterbitkan pada 30 Mei 2024 dengan nomor surat B/12/V/Res.1./2024/Reskrim, dikatakan peristiwa itu masih dalam penyelidikan.
Tertulis pada surat yang diterima fajar.co.id itu, ditegaskan bahwa penyidik masih dalam proses penyelidikan dan telah masuk pada pengumpulan keterangan saksi-saksi.
Kasat Reskrim Polres Fakfak, AKP Arif Rumra, dalam rilisnya kepada awak media pada Senin (29/4/2024), menjelaskan terkait kronologi peristiwa tersebut.
"Kami menerima laporan tentang penemuan mayat gantung diri di Cafe Blue Sky, bekerja sebagai pramuria," kata Arif.
Arif menjelaskan kronologi kejadian, di mana pada Rabu malam (24/4/2024), sekitar pukul 22.45 WIT, korban sedang melayani tamu di dalam kafe dan mengonsumsi minuman keras jenis Vodka Dome dicampur coca cola.