FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Mahasiswa mengatasnamakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) menggelorakan demonstrasi Indonesia Gelap.
Podcaster Virdian Aurellio menilai gelombang aksi unjuk rasa dari para mahasiswa ini terkait sikap pemerintah terhadap masyarakat yang disebutnya Tone Deaf kekuasaan.
Istilah tone deaf ini biasanya digunakan netizen untuk mendefinisikan seseorang yang dianggap tidak peka terhadap situasi sosial atau mengeluarkan pernyataan di saat yang tidak tepat.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Padjadjaran tahun 2022, Virdian Aurellio Hartono, merupakan sosok pemuda yang kini aktif menyurakan keresahan masyarakat dan berbagi sudut pandangnya. Dia menyuarakan keprihatinan kondisi sosial melalui platform Tiktok pribadinya.
Baru-baru ini ia kembali membuka suara dengan menyimpulkan beragam problematika yang sedang terjadi di dunia politik.
Menurut Virdian saat ini pemerintahan Indonesia sedang mengalami sikap Tone Deaf berulang kekuasaan.
Ia kemudian menjelaskan bahwa ada satu teori yang bisa menjelaskan ke tone deaf-an dan pentingnya untuk terus bersuara
"Namanya Teori Spiral of silence. Teori ini bilang kritik publik itu sebisa mungkin dibuat oleh kekuasaan menjadi seakan-akan minoritas," Jelas Virdian melalui akun TikTok pribadinya, dikutip Kamis, (20/2/2025).
Menurutnya, hal yang terjadi saat ini seakan-akan orang yang mengkritik itu terlihat sedikit, kemudian dihujat. Akhirnya, ketidakpedulian terhadap kritikan membuat orang-orang yang mengkritik itu akhirnya akan malas dan ketakutan.