Huda mencatat bahwa hingga akhir 2024, penyaluran pinjaman oleh fintech p2p lending masih didominasi sektor konsumtif, dengan porsi hingga 70 persen.
Padahal sektor produktif seperti UMKM masih sangat membutuhkan akses pendanaan yang luas.
Menurutnya, fintech p2p lending semestinya bisa menjadi solusi pembiayaan alternatif bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan.
“Ini bisa menjadi peluang besar untuk menyalurkan dana ke pelaku usaha terkecil dengan proses yang cepat dan persyaratan yang lebih ringan,” katanya.
Lebih lanjut, Huda menyebut sektor ekonomi akar rumput justru menjadi penyelamat saat terjadi perlambatan ekonomi dan gelombang PHK.
“Akar rumput ini bisa dibilang tough, resiliensinya tinggi. Mereka bisa menjadi savior bagi masyarakat yang terdampak PHK,” ujarnya.
Untuk memperkuat daya tahan ekonomi akar rumput, ia mendorong lahirnya regulasi yang membentuk ekosistem pendukung secara utuh, mulai dari kontribusi lembaga keuangan, akademisi, hingga sinergi antara kebijakan pusat dan daerah.
“Peran dari pemerintah daerah penting untuk menjembatani kebijakan nasional dengan karakteristik dan kebutuhan pelaku ekonomi akar rumput di wilayah masing-masing,” ucap Huda. (*/ant)