FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Komisaris Ancol, Geisz Chalifah, melontarkan kritik tajam terhadap aksi praktisi hukum Pitra Romadoni yang membawa borgol saat hadir dalam diskusi bertajuk Rakyat Bersuara.
Aksi tersebut dinilai Geisz sebagai bentuk intimidasi dan bukan bagian dari argumentasi intelektual.
Geisz mengungkapkan bahwa dirinya juga kerap diundang dalam berbagai forum televisi.
“Gue diundang puluhan kali oleh media TV, tentu dengan persiapan mengumpulkan berbagai data,” ujar Geisz di X @GeizsChalifah (4/6/2025).
Hanya saja, ia selalu mengedepankan persiapan data dan logika untuk membantah argumen lawan.
“Memberi argumen dengan analisa logis membantah opini kaum OD dengan fakta dan data faktual. Bukan dengan membawa borgol untuk menakut-nakuti lawan," ucapnya.
Geisz menilai bahwa tindakan membawa borgol sebagai properti di forum publik tidak mencerminkan sikap seorang intelektual atau negarawan, melainkan sebagai bentuk intimidasi yang mencederai ruang demokrasi.
"Yang seperti itu namanya intimidasi dan sikap pecundang,” tegasnya.
Aksi Pitra Romadoni sendiri memicu polemik di ruang publik. Tidak sedikit yang menilai hal tersebut sebagai bentuk provokasi dan upaya mengintimidasi pihak yang berbeda pandangan.
Sebelumnya, perdebatan panas terjadi dalam program Rakyat Bersuara yang tayang di iNews, Selasa (3/6/2025), saat praktisi hukum Pitra Romadoni dan pengacara Dokter Tifa, Kurnia Tri Royani, saling bersilang pendapat soal isu ijazah Jokowi.
Ketegangan memuncak ketika Pitra menyinggung analisis pakar telematika Roy Suryo yang mempertanyakan keaslian ijazah UGM milik Jokowi.
Dalam tayangan tersebut, Pitra merespons hasil perbandingan Roy Suryo terhadap ijazah Jokowi dan tiga ijazah sejenis lainnya yang dinilai tidak identik.
"Tolong tunjukkan yang identik-identik tadi ada yang ingin saya tanyakan ke Mas Roy ijazahnya tadi," ucap Pitra saat berbicara di panggung.
Menanggapi itu, Roy mempertanyakan kapasitas Pitra dalam menanggapi temuannya serta dasar hukumnya.
"Saya bebas. Anda legal standing melakukan penelitian apa?" balas Pitra.
"Saya berhak untuk berbicara. Anda berarti melarang saya untuk berbicara. Anda meminta demokrasi tapi Anda sendiri mematikan demokrasi."
Situasi memanas ketika Pitra mengeluarkan borgol dari sakunya sebagai properti, mengklaim bahwa ia mengikuti langkah Roy Suryo yang sebelumnya membawa wayang kulit ke studio.
"Jadi karena Bang Roy tadi itu membawa wayang, saya hari ini membawa borgol," ucapnya sambil memperlihatkan borgol di hadapan kamera.
Pernyataan dan aksi itu memicu reaksi keras dari Kurnia Tri Royani yang duduk di barisan penonton. Ia menyebut aksi Pitra tidak patut dipertontonkan.
"Apa yang disampaikan oleh Saudara Pitra Romadoni, mohon maaf, Anda tidak memberikan tontonan yang baik. Tolong simpan borgol Anda itu. Saya tidak setuju. Tidak pantas, Anda tidak beretika. Etika di atas hukum. Borgol siapa yang Anda bawa itu?" tegas Kurnia.
Pitra tidak secara langsung menjawab pertanyaan Kurnia, dan justru menyebut bahwa bahkan petugas keamanan pun bisa membawa borgol.
"Jangankan saya, satpam saja bisa pegang ini. Coba cek satpam," ucapnya.
Kurnia lantas mengingatkan kembali pentingnya etika bagi seorang pengacara.
"Sebagai pengacara jaga etika. Jaga etika," katanya.
Pitra kemudian menutup pernyataannya dengan kalimat yang menimbulkan kontroversi. "Cuma penjahat yang takut borgol," tandasnya.
(Muhsin/fajar)