Tokoh NU Semprot Ulil Abshar Abdalla: Tunjukkan Daerah Tambang yang Bikin Rakyat Kaya, Kalau Berani

  • Bagikan
Tokoh NU Umar Hasibuan atau disapa Gus Umar--Instagram/ @umar_hasibuan70

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla dalam sebuah dialog televisi bersama Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, menuai respons keras dari kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Umar Hasibuan.

Dalam program Rosi yang tayang di Kompas TV, Ulil diminta menunjukkan satu contoh konsesi tambang yang berhasil melakukan reboisasi dan reklamasi.

Namun jawaban Ulil dianggap tidak substansial dan kabur dari pokok persoalan.

Menanggapi hal itu, Umar Hasibuan meluapkan kemarahannya melalui akun media sosial pribadinya.

"Sedih saya sebagai warga NU dengan pola pikir Ulil seperti ini," ujar Umar di X @UmarHasibuan__ (15/6/2025).

Ia menyayangkan pernyataan Ulil yang menurutnya jauh dari realita penderitaan masyarakat di sekitar tambang.

"Diminta tunjukkan satu saja konsesi yang berhasil mereboisasi dan mereklamasi, si Ulil jawabnya ngaco nggak karuan," sebutnya.

Tak berhenti di situ, Umar juga menantang Ulil untuk membuktikan klaim bahwa tambang nikel membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

"Tunjukkan juga Ulil, mana daerah yang di sana ada tambang nikel dan rakyat setempat kaya raya? Ada apa dengan engkau Ulil?," cetusnya.

Sebelumnya, dialog antara aktivis lingkungan Iqbal Damanik dan Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla dalam sebuah program televisi kembali memantik perhatian publik, terutama soal keberlanjutan lingkungan di wilayah tambang.

Iqbal Damanik secara lugas meminta bukti nyata bahwa ada konsesi tambang di Indonesia yang berhasil memulihkan kembali ekosistem seperti sedia kala.

"Tunjukkan satu saja wilayah pertambangan di Indonesia ini yang mampu mengembalikan ke ekosistem awalnya," tantang Iqbal dikutip dari akun TikTok @rosi_kompastv, Minggu (15/6/2025).

Menanggapi hal tersebut, Gus Ulil memberikan perspektif berbeda. Ia mempertanyakan urgensi mengembalikan kondisi ekologis ke titik awal, dan memberikan ilustrasi berdasarkan pengalaman pribadi di kampung halamannya.

"Bukan begitu, ini saya ambil analogi lain. Saya waktu kecil di kampung saya, saya menikmati ekosistem yang baik. Pohon banyak, sawah banyak. Sekarang karena pertambahan penduduk, ekosistem itu hilang. Anak saya tidak lagi bisa menikmati itu," jelasnya.

Ketika Iqbal menggarisbawahi dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang dengan alat berat, Gus Ulil mengkritik pendekatan yang menuntut kesempurnaan dalam konservasi.

Ia menyebut pandangan semacam itu sebagai bentuk "wahabisme lingkungan."

"Wahabisme itu artinya begini, orang wahabi itu begitu kepinginnya menjaga kemurnian teks, sehingga teks tidak boleh disentuh sama sekali. Harus puritan," Gus Ulil menuturkan.

"Nah, saya mengatakan, teman-teman lingkungan ini terlalu ekstrem, seperti menolak sama sekali mining, karena industri ekstraksi selalu pada dirinya dangerous dan itu berbahaya," tambahnya.

Gus Ulil bilang, dalam memanfaatkan sumber daya alam, penting untuk melakukan penilaian terhadap manfaat (maslahat) dan kerusakan (mafsadat) yang mungkin ditimbulkan.

“Ini anugerah Allah. Pohon anugerah. Tambang anugerah. Mari kita lihat kalkulasi maslahat mafsadatnya,” imbuhnya.

Sementara itu, Iqbal tetap mempertahankan posisinya bahwa ketergantungan terhadap industri ekstraktif seperti tambang sudah melewati batas daya dukung lingkungan. Ia menyerukan agar pemerintah segera melakukan transisi.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan