Heru menambahkan bahwa kejelasan status kealumnian ini membawa dampak yang luas, tidak hanya secara pribadi, tapi juga hukum dan politik.
“Saat ini Pak Jokowi betul alumni dari UGM. Ini yang menjadi petunjuk bahwa setengah dari polemik ini sudah selesai. Dengan adanya kejelasan ini, otomatis membawa konsekuensi psikologis, hukum, dan politik," tukas Heru.
Ia pun menyentil para pihak yang selama ini paling lantang menyuarakan keraguan terhadap ijazah Jokowi.
“Tentunya dalam hal ini yang masih meragukan ijazah Jokowi, saya pikir sudah tidak punya ruang, alasan, dan argumentasi. Karenanya harus mengakui bahwa Pak Jokowi adalah bagian dari alumni UGM," imbuhnya.
Heru juga meminta agar para pengkritik seperti Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan Tifauzia Tyassuma dapat menahan diri dan menunjukkan sikap dewasa sebagai sesama alumni.
“Untuk para pihak seperti Mas Roy Suryo, Rismon, dan Mbak Tifa, tentunya sesama alumni UGM harus menghormati kealumnian Pak Jokowi yang sudah dinyatakan salah satu mantan Rektor. Karenanya bagi para pihak yang selama ini meragukan, ini menjadi bagian penting untuk diakuinya," Heru menuturkan.
“Dan mungkin juga harus diberikan ruangan untuk mengendalikan nama baik Pak Jokowi," sambung dia.
Heru menyindir dengan gaya menohok gaya komunikasi para pengkritik yang menurutnya terlalu frontal dan tak produktif.
“Kemudian tentu konsekuensi yang harus diambil dari Mas Roy Cs tidak bisa lagi ngegas, menuduh, dalam ruangan yang memojokkan, sebagaimana yang pernah dilakukan sebelumnya," jelasnya.
