Fajar.co.id, Makassar -- Meski awalnya terlihat canggung, Malik, siswa kelas 7 SMK Negeri 2 Gowa, tampil memukau dengan kesok-kesok dan syair yang berisi petuah tentang pentingnya mengejar cita-cita. Malik merupakan peserta Workshop Sinrilik di sekolahnya Jalan Masjid Raya, Sungguminasa, Gowa.
Adalah maestro pasinrik, A Haeruddin, melaksanakan kegiatan tersebut selama 2 hari, Rabu-Kamis, 6-7 Agustus 2025. Workshop diikuti oleh 35 siswa-siswi, dari kelas 10 hingga kelas 12, jurusan karawitan.
Haeruddin merupakan penerima bantuan perseorangan dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025, oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX.
"Di hari pertama, ada peserta yang tidak bisa berbahasa Makassar, tetapi kemudian diganti untuk tetap memenuhi kuota," terang Haeruddin.
Pada hari pertama, diadakan pertunjukan dan dialog budaya bertajuk “Sinrilik Kappalak Tallumbatua” dengan narasumber Jufri Daeng Nai dan Tasmin Andika Kalimuddin, S.Pd., M.Pd. Dialog dipandu oleh Dg. Romo sebagai moderator.
Pada hari kedua, peserta dibagi atas 4 kelompok, masing-masing kelompok berlatih kesok-kesok untuk dimainkan dengan naskahnya. Damar I Manakku, sebagai pemandunya.
Saat dikelompok itu, tiap peserta mencoba menggesek kesok-kesok. Ada 10 kesok-kesok yang disediakan. Haeruddin juga memandu jari-jemari peserta agar lebih lentur saat menggesek kesok-kesoknya.
Setelah itu, beberapa anak tampil dengan kesok-kesok. Ada yang tampil sendiri, ada pula yang tampil berdua. Bahkan tampil pula dua siswi (perempuan).
"Setelah penampilan ini, saya berharap adik-adik terus belajar. Bisa juga langsung ke Daeng Nassa. Karena workshop selama 2 hari ini tidak cukup. Adik-adik butuh terus berproses," kata Damar usai penampilan peserta workshop.
Penyair dan pegiat literasi itu, berharap dari kegiatan ini akan memberi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak sehingga bakal lahir Daeng Nassa-Daeng Nassa baru dari SMK Negeri 2 Gowa.
Rata-rata peserta memberi kesan posutif atas penyelenggaraan workshop sinrilik ini. Rahmat Hidayat, misalnya, mengaku senang bisa belajar kesok-kesok dan mendapat pemahaman baru.
Begitupun dengan Novi, yang mengucapkan terima kasih kepada Haeruddin Daeng Nassa karena sudah mengajarkan mereka tentang sinrilik.
Ilo bahkan menyampaikan tekadnya mau belajar terus dan mau berguru kepada Daeng Nassa. Sementara bagi Alif, pertunjukan dan dialog budaya ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa tradisi sinrilik berasal dari Kabupaten Gowa.
"Bagi saya, workshop ini sangat istimewa karena kami bisa belajar langsung dari maestronya," ujar Andika Yusuf, peserta lainnya.
Hadir dalam kegiatan workshop sinrilik di SMK Negeri 2 Gowa ini antara lain, Iskandar Kosasi dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX, seniman Gowa R Daeng Tika, dan Rusdin Tompo, pegiat literasi dan Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan.
“Melalui sinrilik, kita bukan hanya mendengar kisah masa lalu, tetapi juga menemukan jati diri kita sebagai orang Sulawesi Selatan. Ini tentang warisan, tentang siapa kita,” imbuh Haeruddin. (*)