Refleksi 80 Tahun RI, Fahri Hamzah Singgung Pemikiran Strategis Prabowo dalam Paradoks Indonesia

  • Bagikan
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah

Sikap sikap yang salah, dari cara kita melihat pemimpin di masa lalu menurutnya harus dihindari ketika meletakkan pemimpin sebagai sesuatu yang tidak mungkin salah. Sehingga tidak berlebihan memujanya saat ia memimpin, tapi kemudian ketika ia berhenti kita berlaku kejam seolah pemimpin itu tidak pernah punya kebaikan sama sekali.

“Cara bersikap seperti ini selayaknya jangan lagi dibiasakan dalam cara melihat kepemimpinan Prabowo Subianto. Maka selayaknya kita tetap bersikap wajar bahwa pada diri pemimpin berlaku hal hal yang manusiawi sifatnya,” ucapnya.

“Prabowo bukanlah manusia feodal, dia tidak suka dihormati secara berlebihan dia ingin kita tetap memajukan akal sehat daripada sikap feodal yang tidak rasional,” sambungnya.

Ia menuturkan, suatu hari dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing, dalam satu sarapan pagi ia diundang secara khusus bersama beberapa menteri lain.
Prabowo mengajak berdiskusi tentang kenapa mesti berdiri ketika pemimpin masuk ruangan, diskusi itu dipicu karena anggota kabinet berdiri saat beliau masuk ruang makan.

Sikap itu, sampai sekarang dibiasakan di dalam sidang kabinet. Meskipun sebagian beranggapan bahwa berdiri ketika pemimpin masuk ruangan adalah salah satu tradisi penghormatan yang biasa.

“Tapi yang saya tau pada waktu itu beliau kritis terhadap sikap berlebihan kepada pemimpin. Karena artinya, tidak saja pemimpin dan elite yang harus mawas diri, masyarakat juga harus mawas diri dalam cara kita bersikap kepada pemimpin. Sekali lagi, Jangan pemimpin itu dipuja ketika berkuasa lalu setelah dia berhenti dimaki seolah-olah tidak pernah punya jasa,” jelasnya.
(Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan