Sindir Prabowo yang Perbanyak Tentara Bukan untuk Perang tapi Panen Lele dan Jagung, Petani Gigit Jari

  • Bagikan
Presiden Prabowo Subianto

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Supriatma merespons pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai Indonesia yang tidak suka perang tapi terus diadu domba hingga dirampok.

Made mengatakan, apa yang diungkapkan Prabowo bisa dipercaya seyakin-yakinnya. Sekalipun yang dipercayai itu tidak ada dalam kenyataan.

"Bahkan ketika dibuktikan tidak ada pun, tetap saja percaya," ujar Made di Facebook Pribadinya (11/8/2025).

Dikatakan Made, cara memandang Prabowo terhadap rakyat yang dipimpinnya seperti korban dari pihak luar.

"Ketika berkuasa apa yang dia bikin pertama-tama adalah gedein tentaranya. Walaupun dibungkus dengan istilah ketahanan pangan," sebutnya.

Hanya saja, kata Made, tentara yang menanam jagung, memelihara lele, ternak kambing, dan lain sebagainya itu tetap tentara.

"Bapak Politisi ini selalu bilang bahwa bangsa ini selalu diganggu. Tapi dia tidak pernah jelaskan diganggu oleh siapa?," sesalnya.

Bukan hanya itu, Made menyinggung pernyataan Prabowo yang mengatakan Indonesia sering diadu domba.

"Saya nggak tahu mengapa muncul perasaan diadu domba ini? Lha kalau tahu diadu domba kok mau? Siapa pengadu dombanya?," imbuhnya.

"Terakhir, kita selalu dirampok. Siapa perampoknya? Kenapa tidak dilawan? Apa kita selemah itu? Saya mencoba memahami cara berpikir Pak Politisi ini. Apa maksudnya dengan terus menerus menjadi korban ini? Kayaknya dia percaya sekali akan ada perang," tambahnya.

Ia bahkan mengaku melakukan riset tentang pembengkakan organisasi dan personil militer.

"Kalau semua rencana Pak Politisi ini dilakukan dalam lima tahun ke depan, kita semua akan menanggung 1 juta tentara," terangnya.

Melihat saat ini tentara lebih banyak mengambil pekerjaan petani, Made mengingatkan kembali peruntukan tentara yang sebenarnya.

"Untuk apa tentara sebanyak itu? Untuk membantu ketahanan pangan? Masak sih? Emang bisa? Saya percaya tentara itu keahliannya bertempur. Petani itu bertani," jelasnya.

Kata Made, mengacaukan keduanya akan berakibat fatal. Sistem pertahanan negara rusak, dan pertanian pun hancur.

"Tidak pernah keduanya bisa berjalan berbarengan. Kalau pun bisa itu hanya kebetulan belaka," ucap Made.

Lebih lanjut, jika tidak banyak anak muda tertarik pada pertanian, maka solusinya adalah membuat sistem yang memberi insentif orang untuk bertani.

"Ada teknologi yang bisa dipakai juga. Lalu apa sih sebenarnya tujuan dari Pak Politisi ini membengkakkan jumlah tentara demikian besarnya dan menyuruh prajurit mengerjakan pekerjaan yang bukan profesi mereka?," tandasnya.

Melihat kebijakan Prabowo selama sepuluh bulan pertama masa pemerintahannya, ia mengaku hanya mendapatkan agenda yang selalu diurus oleh tentara.

"Jalur-jalur birokrasi normal dibiarkan mati. Menteri-menteri bekerja tanpa arahan dan ngomong di publik hanya untuk sekedar menjilat. Seorang wakil menteri lulusan Harvard bilang MBG bikin pinter Matematika dan Bahasa Inggris. Gendheng luar biasa bukan?," bebernya.

"Asal Bapak Senang. Bicara apa yang ingin didengar dan dipercayai oleh si Bapak. Itulah situasi delusional dari negeri ini," kuncinya. (Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan