Hanya 7 Km dari Balikpapan, 23 Tahun Kampung Ini Tanpa Aspal dan Listrik

Berjibaku dengan lumpur sudah menjadi “makanan” warga sehari-hari jika melintas di jalan. Khususnya jika musim hujan. Seperti menerjang lautan tanah liat, butuh kecakapan dalam berkendara.
Mengontrol gas kendaraan secara perlahan dan roda yang lari ke sana-kemari karena tanah licin. Tak terhitung berapa kali mereka jatuh saat melewati jalan rusak itu. Kebanyakan warga menggunakan kendaraan roda dua jenis bebek dan matic.
“Kampung kami ini jaraknya masih 4 kilometer dari Danau Cermin. Sepanjang itu jalannya rusak total. Perjuangan sekali kalau mau keluar ke jalan raya. Melalui Gang Padat Karya lebih parah lagi karena jalannya terputus. Jadi, kendaraan roda empat harus lewat Jalan Rawamangun,” tuturnya.
Elsan menjelaskan, setidaknya ada 36 KK yang bermukim di RT 9. Jumlah rumah lebih banyak dari itu, sekitar 60 rumah berdiri di atas dataran tinggi tersebut. Sebenarnya, kondisi kampung cukup ramai, hanya jarak antar-rumah agak berjauhan satu sama lain. Jadi, keberadaan rumah tersebar, kebanyakan mengikuti area kebun masing-masing.
“Seperti hujan Minggu (16/7) malam, jalan rusak parah. Kami masih bisa lewat tapi harus menunggu cuaca panas dan jalan kering. Kalau sudah hujan, jalan tidak bisa dilewati sama sekali. Baik kendaraan roda dua dan empat harus berjuang. Pernah sehabis hujan mau keluar lewat jalanan itu, saya membutuhkan waktu 2 jam hingga bisa sampai ke jalan raya besar,” sambungnya.
Kalau sudah rusak parah seperti itu, mau tidak mau, warga harus memilih jalan lain. Pilihannya cukup jauh karena mengelilingi Waduk Teritip. Jarak tempuhnya kurang lebih mencapai 20 kilometer. Tentu memakan waktu lebih lama karena harus berjalan hingga perbatasan dengan Gunung Tembak. Menurut dia, tak ada akses jalan tersebut menjadi kendala besar bagi anak sekolah.