Lombok Barat Makin Agresif Garap Pariwisata Berkelanjutan

Dia menambahkan, berkat kreativitas warga, Desa Sesaot kini sering dikunjungi wisatawan. Sebanyak 400-500 wisatawan berkunjung ke Desa Sesaot.
Perputaran uang di desa wisata itu juga menggiurkan. Dalam sebulan, uang yang berputar mencapai Rp 200 juta.
Meski begitu, Dinas Pariwisata menyadari tak bisa berjalan sendirian. Dinas Pariwisata Lombok Barat tetap membutuhkan kerja sama pihak lain. Misalnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Kehutanan.
Di sisi lain, Pemkab Lombok Barat juga sedang menggodok peraturan daerah (perda) tentang pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Jika terwujud, Lombok Barat akan menjadi kabupaten pertama yang memiliki perda itu.
"Perda ini menjadi satu-satunya di Indonesia. Kami targetkan selesai 2017. Sebentar lagi diketok,” kata Ispan yang dibenarkan Kadispar NTB Lalu Faozal.
Dinas Pariwisata Lombok Barat juga telah membentuk staf sustainable tourism action plan agar pengembangan pariwisata berkelanjutan bisa berjalan maksimal.
Unit tersebut terdiri atas dinas terkait, kepolisian, kepala desa, hingga kelompok sadar wisata (pokdarwis).
Dalam tiga tahun ini, Menpar Arief Yahya menyebut, Kemenpar berkolaborasi dengan UNWTO -United Nation World Tourism Organisation, untuk mengembangan STO, sustainable tourism observatory. “Tepatnya di Pangandaran Jawa Barat, Kulon Progo Jogja dan Mataram NTB,” kata Arief Yahya.
Di Jawa Barat bekerjasama dengan unsur A (Academician) ITB Bandung. Di Jogjakarta melibatkan UGM, dan di NTB bersama Universitas Mataram. “Kita harus menggunakan global standard, agar menjadi global player,” ujar Arief Yahya.