Kisah Rini Mengandung di Dalam Penjara

Jika Rini segera melahirkan dengan status tahanan, Nana–bukan nama sebenarnya-- telah melewatinya. Nana adalah perempuan 31 tahun yang hidup di balik jeruji besi di Rumah Tahanan Klas II A Samarinda. Dia dihukum setahun bui sejak Oktober tahun lalu karena kasus penggelapan. Kaltim Post mengikuti persalinannya pada Ahad (4/2) lalu.
Enam jam sebelum melahirkan, Nana yang masih di dalam sel tahanan sudah merasakan perutnya bergejolak. Namun, dia memilih diam karena tak nyaman mengganggu petugas. Sampai pukul 3 dini hari, Nana tak kuasa lagi. Petugas yang mengetahui bahwa dia segera melahirkan segera memanggil ambulans.
Nana tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD AW Sjahranie Samarinda dengan wajah yang sangat pucat. Dua petugas dan seorang perawat rutan menjaganya. Dua jam kemudian, bayi perempuan yang sehat dan cantik akhirnya menghirup udara di dunia. Tidak ada suami, apalagi keluarga yang menemani persalinannya pagi itu. Suami Nana disebut bekerja di Surabaya, Jawa Timur, sejak dua bulan terakhir.
“Dia anak keempat saya. Alhamdulillah, prosesnya cepat. Mungkin karena bayinya perempuan,” tutur Nana. Dia mengaku lega karena satu fase kehidupan yang berat telah dilewati. Nana sudah melalui rasanya mengandung di dalam penjara. Jurang kehidupan yang kini harus dihadapinya makin dalam. Nana harus memikirkan cara mengasuh bayinya.
Nana memang melewati hamil tuanya di dalam tahanan. Dia hidup bersama 92 warga binaan perempuan dalam satu blok penjara yang terdiri dari dua kamar. Setiap kamar berukuran 32 meter persegi diisi 45 orang. Normalnya, kamar itu hanya cukup menampung tujuh orang. Dengan demikian, setiap warga binaan hanya punya ruang 0,7 meter persegi. Ruang sesempit itu bahkan lebih kecil dari ukuran tempat tidur tunggal. Hidup berdesakan di kamar yang sumpek, Nana tak mengenal istilah dinginnya jeruji besi (baca juga: Sel Kapasitas Tujuh Orang Dihuni 40 Tahanan, halaman 2).