Universitas Hasanuddin: World Class University?

  • Bagikan
Maka, soal sepele tak perlu terjadi. Apalagi, saat Unhas mempromosikan world class university. Beruntung saya bukan mahasiswa asing. Salah satu penciri world class. Apa itu world class university? Jika diurai, jawabannya terlalu panjang, parameter banyak.  Kira-kira, seperti universitas terbaik di dunia. Diminati banyak orang dari seluruh bangsa. Mahasiswa heterogen dengan kemutakhiran teknologi informasi. Belakangan, parameter yang tren, seperti, produksi karya ilmiah yang diindeks oleh pengindeks bereputasi. Sebut saja Scopus dan Thomson Learning. Lalu, berapa jurnal Unhas yang diindeks scopus? Cari saja sendiri pakai search engine. Unhas, World Class University. Apanya? Butuh waktu untuk mempreteli satu satu indikatornya. Fakta yang saya alami diprosesi pendaftaran maba secara online. Rasa manual. No Paperless. Masih banyak tumpukan berkas. Masih banyak dokumen di sana-sini. Satu dua tahapan registrasi memerlukan kehadiran fisik. Padahal tidak substansi. Mungkin saya salah. Sejak kampus bertransformasi ke revolusi industri 4.0 dan otoritas dikti sekaligus tampak “memberhalakan”  indeksasi scopus, diferensiasi kampus, tersisa hanya label akreditasinya. Sama saja. UI, Unhas, ITB, dan PTN lainnya.  Sekarang ini, jika suka menulis ilmiah, bisa setiap saat ikut konferensi internasional. Dunia pendidikan tak lagi berbatas. Hanya beda kultur akademik. Contoh, Kita masih suka bertutur. Di Jepang, bicara seperlunya. Dikti memberi “karpet merah” bagi kampus dengan jumlah jurnal tertentu yang diindeksasi secara internasional. Termasuk jumlah sitasi bagi penulisnya. Unhas mengaku memiliki 720 naskah ilmiah tahun 2018 yang diindeksasi scopus. Pertanyaannya, di mana naskah ilmiah itu transit, sebelum di indeks.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan