Karena dengan cara baik-baik mereka tuli, maka dengan cara damai kami lakukan di depan SGB. Tetapi mereka malah mereka yang teriak-teriak dari dalam. Akhirnya kami melakukan aksi tidur di tengah jalan," tandasnya.
Kejadian ini berawal saat para korban didatangi oleh tim marketing, manager dan wakil pialang PT. Solid Gold Berjangka.
Mereka menawarkan investasi berupa deposito fleksibel kepada para korban dengan uang setoran berjumlah minimal Rp.100 juta per orang.
Karena dijanjikan keuntungan besar, uang aman tidak ada resiko, para korban tergiur lalu mau menginvestasikannya kepada PT. Solid Gold Berjangka melalui marketing, manager dan wakil pialang.
Beberapa hal sempat janggal saat penyerahan uang itu. Dimana para korban tidak diberikan kwitansi langsung sebagai bukti penyerahan uang atau surat perjanjian kerjasama.
Karena diimingi keuntungan besar, uang aman, tidak ada resiko para korban tertarik menyerahkan uangnya.
"Tiga sampai lima hari setelah uang kami setor, tiba-tiba uang kami dibilang lost atau ada dibursa, kami kaget dan tidak mengerti apa maksudnya.
Padahal penjelasan awalnya dibilang uang kami aman, tidak ada resiko apapun. Kami dijanjikan keuntungan Rp 1 juta sampai dengan Rp 4 juta per hari atau ada 5-15 persen per bulan
dan bisa ditarik kapan saja, entah per hari atau per Minggu. Pikiran kami waktu itu hanya investasi atau deposito (bank) seperti dijelaskan diawal.
Belakangan kami baru tahu ternyata itu seperti trading atau forex yang pernah kami dengar dari orang-orang. Tapi diawal mereka sangat meyakinkan bilang uang aman 100 persen," kata Jara.