"Ini adalah mimpi sejak lama, huruf Lontara nantinya bisa diketik dan dilihat langsung di perangkat elektronik (laptop, handphone). Namun dalam perkembangannya harus tetap menggunakan huruf aslinya, karena akan mengubah sejarah dari huruf Lontara itu sendiri,” ujar Nurhayati yang juga merupakan Guru Besar FIB Universitas Hasanudin Makassar.
Di sisi lain, Andi Sitti Aisyah, Ketua Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara mengatakan bahwa kerjasama kali ini sangat penting demi keberlangsungan aksara Lontara dimasa mendatang.
"Ini (kerja sama) bisa menjadi self defense atau pertahanan diri sebagai anak bangsa, untuk menghadapi gempuran budaya dari luar," ujarnya.
Aksara Lontara juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru. Aksara tersebut biasanya digunakan sebagai sarana mengekspresikan bahasa bugis dan bahasa makassar dalam bentuk tulisan, juga merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi Selatan.
Kerja sama antara PANDI dan Yayasan Aksara Lontaraq Nusantara fokus pada pelestarian aksara yang diimplementasikan ke dalam bentuk kompetisi pembuatan website berkonten aksara Lontara yang akan diselenggarakan akhir tahun 2020. (rls-sam)