Babi Ngepet dan Bukti Kesenjangan Sosial yang Semakin Lebar

  • Bagikan

Sawedi menyebut, masyarakat paling modern sekalipun tidak akan lepas dari fenomena eskapisme ini.

Babi ngepet yang digambarkan sebagai jalan pesugihan adalah eskapisme masyarakat pinggiran yang terbebani dengan rutinitas kemiskinan dan keterpurukan.

Penderitaan yang dialami seakan tidak punya jalan rasional untuk keluar dari lingkaran setan yang membelenggunya.

Sehingga kata Sawedi, muncullah fantasi babi ngepet yang secara tradisi digambarkan sebagai manusia berwujud babi, mencuri uang, emas dan harta benda lainnya agar yang bersangkutan bisa menjadi kaya raya.

"Ini jelas-jelas fantasi karena dalam sejarahnya tidak pernah ditemukan babi berwujud manusia. Babi hanyalah imajinasi dari kerakusan dan ketamakan, dominasi dan penindasan," terangnya.

Menurut Sawedi, babi dalam kenyataannya memakan apa saja termasuk kotorannya sendiri. Saat isu babi ngepet mengemuka berarti gambaran bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial semakin lebar, kesusahan hidup semakin menyiksa mereka yang berada di lapis stratifikasi sosial yang paling bawah.

"Babi ngepet adalah satire sosial dalam bentuk entertainmen yang menyindir situasi struktural yang melanggengkan penderitaan dan kemiskinan kaum pinggiran," pungkasnya. (endra/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan