FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Sejak ribuan tahun lalu manusia telah mengenal aksara sebagai alat komunikasi.
Aksara adalah sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan simbol-simbol atau bisa juga sesuatu yang tertoreh pada satu media, memiliki fungsi untuk mengungkapkan unsur-unsur mengekspresikan bahasa.
Aksara yang disebut-sebut tertua di dunia adalah aksara Paku. Aksara ini pertama kali ditemukan sekitar 3.000 tahun lalu di lembah Sungai Efrat dan Tigris yang sekarang ini Irak.
Aksara paku adalah salah satu jenis tulisan kuno berbentuk paku yang dituliskan di atas lempengan tanah liat.
Indonesia sendiri terdapat 12 aksara daerah yang merupakan bagian dari kekayaan kesusastraan dan budaya Indonesia.
Ke-12 aksara lokal tersebut adalah aksara Bali, Jawa, Sunda Kuno, Bugis atau Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci (Rencong atau Incung).
Di Sulawesi Selatan sendiri ada, Aksara Lontara, juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara Lontara Baru adalah salah satu aksara tradisional Indonesia.
Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Bugis dan Makassar, tetapi dalam pekembangannya juga digunakan di wilayah lain yang mendapat pengaruh Bugis-Makassar seperti Bima di Sumbawa Timur serta Ende di Flores.
Namun penggunaan aksara ini tak lagi begitu terpakai dengan maraknya budaya modern, perlahan penggunaan aksara lontara digantikan alphabet yang menjadi aksara bahasa Indonesia.
Akan tetapi daya tarik untuk mempelajari bahkan melestarikan aksara lontara itu sendiri tidak hilang begitu saja.