Ketika banyak kapal masuk, para buruh panggul seperti Nursam dibagi dalam shift berdasarkan warna seragam.
"Kalau banyak kapal masuk, biasa bedai burunya. Ada hijau, ada cokelat. Jadwal kerjanya dibagi shift istilahnya, bukan bagi kapal," jelasnya.
Nursam menjelaskan, shift kerja biasanya berlangsung selama empat jam dengan pendapatan terendah Rp50 ribu. Namun, tidak semua penumpang membutuhkan jasa kuli panggul.
"Tidak selamanya juga angkat barang. Buru mobil, penumpang. Tidak semua penumpang diangkat barangnya," Nursam menuturkan.
Jika ada penumpang yang membutuhkan bantuan mengangkat barang, Nursam dan rekan-rekannya akan dibayar langsung oleh penumpang tersebut.
"Tarifnya sesuai keputusan, biasa ditawar sampai cocok harga," tambahnya.
Tarif yang biasa ia terima bervariasi tergantung jumlah dan jenis barang. "Yang Rp100 ribu itu biasa koper tiga, dos-dos kecil dua. Kalau dia koper biasa Rp50 ribu," sebutnya.
Meski hidup serba pas-pasan, Nursam tetap bersyukur bisa menghidupi keluarganya. Ia berharap suatu hari nanti kehidupannya bisa lebih baik.
Cerita Nursam menjadi potret nyata perjuangan para buruh panggul di pelabuhan yang mengandalkan tenaga dan kesabaran untuk bertahan hidup di tengah kota.
Meskipun berada dalam pusaran ketidakpastian penghasilan, mereka tetap berjuang demi sesuap nasi dan masa depan yang lebih baik. (Muhsin/Fajar)