Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menjelaskan bahwa penangguhan tarif telah menjadi bagian dari strategi negosiasi jangka pendek yang dirancang untuk mendorong keterlibatan aktif dari negara-negara mitra.
Trump dijadwalkan terlibat langsung dalam diskusi selama masa jeda ini, termasuk dalam pertemuan bilateral dengan lebih dari 75 negara. Delegasi Vietnam menjadi salah satu yang pertama melakukan pembicaraan dengan perwakilan AS.
“Pesan yang ingin disampaikan kepada negara lain adalah, jangan membalas dan Anda akan diberi imbalan,” kata Bessent.
Langkah ini dinilai sebagai strategi menciptakan daya tawar maksimum, terutama dalam konteks perdagangan internasional yang semakin kompetitif.
Penundaan tarif ini disambut positif oleh sebagian negara karena memberi waktu untuk membangun dialog tanpa tekanan ekonomi tambahan.
Namun, beberapa negara seperti China memilih tetap bertahan pada posisi semula dan belum menunjukkan niat untuk melakukan konsesi.
Daniel Russel dari Asia Society Policy Institute menyatakan bahwa sikap zig-zag kebijakan tarif AS dapat menciptakan ketidakpastian baru.
“Negara-negara lain akan menyambut baik penangguhan pelaksanaan selama 90 hari, jika itu berlangsung tetapi guncangan dari pergerakan zig-zag yang konstan menciptakan lebih banyak ketidakpastian yang dibenci oleh bisnis dan pemerintah,” ujarnya.
Bagi negara-negara seperti Indonesia, kebijakan ini membuka peluang untuk meninjau ulang hubungan dagang dengan AS dan menyusun strategi negosiasi yang lebih menguntungkan, khususnya dalam sektor ekspor dan impor.
(Wahyuni/Fajar)