FAJAR.COID, JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) kembali menyoroti tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam laporannya, lembaga keuangan internasional ini menyebut bahwa mayoritas penduduk Indonesia masih tergolong miskin.
Berdasarkan data tahun 2024, sekitar 60,3% dari total populasi Indonesia yang mencapai 285,1 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan versi negara berpendapatan menengah ke atas.
Angka tersebut berarti sekitar 171,91 juta jiwa belum mencapai ambang batas pengeluaran minimum yang ditetapkan, yakni sebesar US$6,85 per kapita per hari, atau setara dengan Rp115.080 per orang per hari menggunakan kurs Rp16.800 per dolar AS.
Laporan ini pun memicu respons dari berbagai kalangan, termasuk pengamat politik Adi Prayitno. Melalui akun media sosial pribadinya di X (sebelumnya Twitter), ia mengungkapkan keraguannya terhadap data yang dipaparkan Bank Dunia.
"Masak sih, angka kemiskinan Indonesia sebanyak ini? Sepertinya sangat jauh dengan data BPS. Rada ndak percaya. Semoga Indonesia baik-baik saja. Soalnya dari dulu banyak sekali laporan, mirip sebuah klaim, kemiskinan selalu turun. Kau, percaya data yang mana? 🙂", tulis Adi dalam unggahan di akun @Adiprayitno_20 pada Rabu, (30/4/2025).
Perbedaan standar pengukuran kemiskinan antara lembaga internasional seperti Bank Dunia dan lembaga nasional seperti BPS memang kerap menimbulkan diskusi publik. Sementara BPS menggunakan garis kemiskinan nasional yang lebih rendah dibanding acuan internasional, Bank Dunia menggunakan standar global yang bertujuan menilai daya beli dan kesejahteraan masyarakat secara universal.
Pernyataan ini pu mengundang sorotan publik dan reaksi warganet, banyak yang bekromentar jika pendapatan data dari BPS dan Bank Dunia berbeda.
“Standar miskin @Wordbank tidak sama dengan @bps_statistics. WB setahu saya menggunakan definisi belanja kurang dari usd 2.15 kemiskinan extrem. Garis kemiskinan usd 3.2 dan usd 5.5 untuk lower dan upper middle income. Kalo pake upper ya bisa 50% miskin. BPS lebih make sense”, kata netizen.
“Data BPS kan penghasilan 20rb per hari gak dianggap miskin. Data world bank mungkin gak dianggap miskin kalo penghasilan diatas 80rb, ini sih masalah POV. Kalo kita mau manurunkan angka kemiskinan tinggal turunkan penhasilan per hari jadi 15rb”, kata lainnya.
“Untuk hal ini saya lebih percaya dengan hasil survey bank dunia”, timpal lainnya.
(Wahyuni/Fajar)