“Melibatkan psikolog dan psikiater untuk menangani siswa bermasalah jauh lebih tepat ketimbang mengirim mereka ke barak militer,” ujarnya.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk memastikan kehadiran guru konseling di setiap sekolah sebagai bagian dari sistem pendampingan siswa yang berkelanjutan.
Tak hanya itu, Bonnie juga menilai bahwa penyediaan fasilitas penyalur bakat dan minat siswa dapat menjadi solusi yang lebih efektif. Sarana olahraga dan kesenian, menurutnya, bisa menjadi media positif bagi remaja untuk menyalurkan energi dan kreativitas.
“Penyediaan fasilitas olahraga dan kesenian juga seharusnya bisa dilakukan pemerintah agar siswa-siswa bermasalah bisa menyalurkan energi dan kreativitasnya,” jelasnya.
Bonnie menekankan bahwa setiap siswa memiliki karakter yang unik, sehingga pendekatan pembinaan pun harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
Sementara itu, pihak TNI melalui Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyatakan bahwa program ini hanya akan dijalankan dengan persetujuan dari orang tua siswa. Meski begitu, Bonnie mengingatkan agar TNI tidak dibebani tugas di luar fungsinya sebagai alat pertahanan negara.
“Sebaiknya jangan sampai merepotkan tentara yang sedang bertugas menjaga NKRI dari potensi ancaman yang datang dari luar ke negeri kita dengan menambah-nambahi beban kerja yang tak relevan,” tutupnya.
(Wahyuni/Fajar)