“Bagaimana mereka maju begitu cepatnya? Apa yang terjadi di pendidikan mereka? Itu yang harus kita dalami,” sambung Ketua Dewan Pembina PGRI tersebut.
Oleh karena itu, dia telah mengusulkan agar pemerintah tidak lagi mengirim mahasiswa untuk belajar ke Finlandia, melainkan mengalihkannya ke India atau Tiongkok. Hal ini untuk dapat melihat dan mempelajari secara langsung bagaimana negara-negara tersebut membangun sistem pendidikannya yang mampu menghasilkan sumber daya manusia unggul.
Selain itu, dia pun menegaskan, bahwa pendidikan bukan hanya jumlah, tapi kualitasnya. Terlebih, saat ini, dunia kian maju dengan teknologi. Indonesia pun punya pekerjaan rumah untuk mengejar teknologi ini dengan pendidikan yang baik.
“Nah, apa yang akan terjadi dengan pendidikan pada masa datang? 5-10 tahun yang akan datang ialah pengaruh daripada AI, Artificial Intelligence,” ungkapnya dihadapan para guru dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2025.
AI, kata dia, akan banyak berpengaruh pada pendidikan. Kecerdasan buatan ini akan mengubah secara total cara mengajar, cara menilai, dan lainnya. Saat ini saja murid mungkin sudah lebih tahu mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Mereka tinggal membuka AI di handphone-nya.
Oleh karena itu, dia mendorong agar guru segera bersiap melakukan perubahan dalam menghadapi kecanggihan AI. Guru harus mau meningkatkan kompetensinya dan mengubah cara mengajarnya.
Selain itu, pemerintah juga sudah mulai harus menangkap kondisi yang ada. Mulai mengubah kurikulum di kampus, khususnya untuk pendidikan guru, agar lebih melek teknologi dan cara menghadapinya. Sehingga, guru tidak akan kalah pintar dengan AI.