"Di mana Prabowo sebagai Presiden dan di dalamnya berkumpul banyak kekuatan partai dan juga relawan, mereka adalah penopang saat ini,” ungkap Heru.
Hanya saja, pernyataan Prabowo tentang keberhasilan pemerintah terkesan ditujukan kepada elit, bahkan tak menutup kemungkinan menyasar kelompok tertentu yang punya kepentingan politik maupun ekonomi.
“Apresiasi Menteri dan Wamen dan semua, hanya ditujukan ke kaum elit, mungkin juga di dalamnya ada konsorsium yang terafiliasi,” tuding Heru.
Heru pun menilai bahwa Presiden lupa dengan kondisi riil masyarakat. Ia menyebut, di saat pemerintah menyatakan ekonomi tumbuh, rakyat justru mengalami kehilangan pekerjaan dan daya beli yang melemah.
“Prabowo lupa sebenarnya dalam kondisi pemerintahan 10 bulan, telah menimbulkan banyak hal yang krusial. Hari ini masyarakat menjerit, kehilangan pekerjaan, itu dalam skala ekonomi,” tegasnya.
Menanggapi pernyataan Prabowo yang optimis bahwa pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8 persen pada 2025, Heru menilainya sebagai sesuatu yang diragukan dan tidak realistis.
“Namun ternyata meragukan, di bawah standar, ini fakta dan kenyataan antara Prabowo dan pemerintahannya hanya sedang bersandiwara. Mereka sedang melakukan kongkalikong, saling memberikan pujian,” sindirnya.
Bahkan ia curiga dengan klaim pertumbuhan ekonomi kuartal II yang disebut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto berada di angka 5 persen lebih.
Ia mengatakan angka itu bertolak belakang dengan barometer ekonomi riil yang dirasakan masyarakat.
“Persoalan pertumbuhan ekonomi yang saat ini dilaunching Menko Airlangga, menyatakan di kuartal dua, mencapai lima sekian persen, menurut saya itu patut dicurigai, kontradiktif dengan barometer ekonomi real,” jelasnya.