Prabowo Ingin KSTI 2025 Lahirkan Terobosan, Sri Mulyani Ungkap Anggaran untuk Sektor Pendidikan

  • Bagikan
Presiden Prabowo Subianto saat membuka Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Kamis (7/8/2025), menghadirkan para ribuan peneliti hingga rektor dari seluruh Indonesia.

Presiden Prabowo Subianto yang hadir membuka acara tersebut menegaskan pentingnya menjaga kemurnian KSTI 2025 dari kepentingan politik praktis.

“Biar lebih bebas gitu ya. Jangan dipelintir, jangan dipolitisasi. Ini kan kita bicara ilmu, sains, teknologi,” kata Presiden Prabowo.

Dalam pidatonya sendiri, Prabowo memberikan ruang diskusi yang lebih substantif dan bebas kepada peserta, bertujuan menghindari distorsi dan penggiringan opini yang dapat mengganggu substansi forum ilmiah.

KSTI 2025 menjadi wadah strategis yang mempertemukan ilmuwan, akademisi, pelaku industri, dan pengambil kebijakan lintas sektor.

Prabowo lantas berharap agar forum yang mempertemukan para peneliti, pelaku industri dan pemerintah itu menghasilkan terobosan nyata dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan Indonesia.

Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 atau sekitar Rp750 triliun telah dialokasikan untuk sektor pendidikan. Itu setara dengan 20 persen.

“20 persen dari APBN didesain untuk pendidikan, itu mandat konstitusi. Tahun ini anggarannya Rp750 triliun,” ujar Sri Mulyani.

Dukungan keuangan negara menjadi fondasi utama dalam mendorong penguasaan sains dan teknologi, yang diharapkan menjadi pendorong yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga daya saing ekonomi nasional.

KSTI 2025 sendiri dihadiri sedikitnya 3.000 peserta dari berbagai latar mulai dari akademisi, peneliti, ilmuwan, CEO BUMN, hingga diaspora Indonesia.

Sri Mulyani lantas menekankan bahwa transformasi berbasis teknologi menjadi keharusan di tengah ketatnya persaingan global. Dia menyebut sains dan teknologi bisa menaikkan kesejahteraan. "Dunia saat ini didominasi oleh teknologi. Indonesia harus memilih untuk menjadi pelaku, bukan hanya ajang dalam kompetisi global,” tegasnya.

Konvensi ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat integrasi antara riset, pendidikan tinggi, dan industri, dengan fokus pada delapan sektor prioritas nasional, seperti energi, kesehatan, pertahanan, hingga digitalisasi dan manufaktur maju. (fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan