FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong, membagikan ceritanya ketika ditetapkan tersangka kasus impor gula oleh Kejaksaan Agung 29 Oktober 2024 lalu.
Hal ini blak-blakan diungkapkan Tom dalam siaran langsung bersama Anies Baswedan yang diunggah kembali di kanal YouTube sang mantan Gubernur DKI Jakarta.
Diceritakan Tom, saat pertama kali ditahan 29 Oktober 2024, itu merupakan pemeriksaan keempat yang dijalani.
"Setelah selesai pemeriksaan siang hari, terus saya ditinggal dalam ruangan pemeriksaan mungkin tiga sampai empat jam nggak ada kabar," ujar Tom dikutip pada Jumat (8/8/2025).
Dalam proses menunggu itu, Tom mengatakan hanya bisa duduk diam.
"Terus cuma ke toilet dua kali, di ruang pemeriksaan tidak boleh bawa alat komunikasi yah, jadi hape disimpan di loker," ucapnya.
"Terus malam hari, saya kurang ingat jam berapa, jam 7 atau jam 8, tiba-tiba petugas kembali ke ruang pemeriksaan," sambung dia.
Petugas tersebut, kata Tom, menyampaikan hasil rapat pimpinan Kejagung mengenai statusnya yang telah dinaikkan ke tersangka.
"Yah karena kita udah tahu ini risiko politik, seperti istilah yang saya pake selama ini, kaget nggak kaget kan. Pasti syok," imbuhnya.
Meskipun ia menekankan bahwa dirinya berusaha tegar, namun tetap saja perasaan tersebut menyelimuti dirinya.
"Terus dibacakan berita acara penahanan, langsung didatangkan dokter Kejaksaan untuk tes kesehatan kemudian disodorkan penasihat hukum dari kejaksaan yang belum pernah saya kenal," terangnya.
Kata Tom, sepanjang pemeriksaan yang berlangsung, dirinya tidak pernah didampingi pengacara.
"Tidak didampingi pengacara saat itu karena memang merasa tidak ada masalah. Saya berpikir dihadirkan untuk sebagai saksi menceritakan fakta-fakta sembilan tahun lalu," bebernya.
"Curiga, ada feeling pasti ada risiko bui, diciduk. Cuma kan kita berprasangka baik yah. Jadi ke sana nda bawa siapa-siapa," tambahnya.
Setelah berbagai prosedur selesai, lanjut Tom, ia dipakaikan rompi tahanan Kejagung kemudian tangannya diborgol.
"Di kepala saya cuma dua pilihan, nangis atau senyum. Entah mengapa pilihan yang terlihat yah senyum dan saya pernah menyampaikan kepada istri, apapun yang terjadi selalu harus bersinar, terus adem, jadi saya tahu bahwa dalam perkara lain mungkin tersangka senyum bisa muncul reaksi negatif dari publik," tandasnya.
Tom bilang, pilihan mendadak muncul di kepalanya adalah dengan tersenyum saat dirinya ditampilkan di depan awak media.
"Tapi sekali lagi entah kenapa itu yang jadi pilihan, ketika diantar ke tahanan Kejaksaan Negeri, tempatnya kecil yah, di TB Simatang, hanya delapan kamar kapasitas 14 orang. Beda sekali di lapas Cipinang di mana saya menghabiskan Minggu terakhir yah, ada 4 ribu tahanan," kuncinya. (Muhsin/fajar)